Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Rumah Tunggu Mendekatkan Akses untuk Menyelamatkan Ibu dan Bayi

Artikel

Rumah Tunggu Mendekatkan Akses untuk Menyelamatkan Ibu dan Bayi

Jeri Taneo memanfaatkan fasilitas rumah tunggu demi persalinan yang amanJeri Taneo memanfaatkan fasilitas rumah
tunggu demi persalinan yang aman

Dua orang ibu melahirkan beberapa jam sebelumnya pada satu hari di pertengahan Februari. Keduanya datang dari desa-desa yang terletak puluhan kilometer dari Puskesmas di kecamatan Amanatun Selatan.

Salah satu dari ibu yang sedang berbahagia itu adalah ibu Jeri Taneo diantar oleh ibu mertuanya pergi ke rumah tunggu dua hari sebelumya. Perjalanan dari desanya menuju Rumah Tunggu yang terletak tepat di samping Puskesmas sangat sulit; kombinasi dari jalan kaki dan naik kendaraan umum.

Jalanan yang dibangun dengan baik masih menjadi kemewahan di wilayah pelosok perbukitan Amanatun di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jalanan tanah bebatuan dan berlobang ini juga rawan longsor karena mengelilingi bukit-bukit gersang.

Rumah Tunggu adalah fasilitas tempat tidur, dapur dan tempat mandi/cuci dimana ibu-ibu yang akan melahirkan bisa tinggal sampai selesai persalinan. Biasanya mereka ditemani anggota keluarga selama menunggu. Rumah Tunggu di Puskesmas Amanatun memiliki empat tempat tidur, satu dapur bersama dan dua tempat mandi/cuci.

Di usia akhir duapuluhan tahun, Jeri melahirkan anak ketiganya. Dalam bahasa Indonesia yang tidak lancar dia mengatakan dia ingin melahirkan dengan selamat dan segera pulih supaya cepat pulang untuk mengurus rumah.

Memang terdengar seperti permintaan yang sederhana namun buat para pekerja kesehatan di wilayah tersebut butuh bertahun-tahun untuk menanamkan keinginan semacam itu di kalangan ibu – dan para laki-laki bahwa ibu-ibu harus selamat dari momen paling keras dan paling menyakitkan selama masa persalinan.

Kabupaten ini relatif cukup baik, memiliki pelayanan-pelayanan yang disediakan untuk ibu dan bayi baru lahir. Kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir telah ditekan dengan signifikan.

Di skala nasional, Nusa Tenggara Timur adalah salah satu dari lima provinsi yang menjadi penyumbang terbesar untuk kematian ibu melahirkan. Upaya-upaya terus dilakukan untuk mengurangi angka ini. Banyak pendapat mengatakan bahwa Rumah Tunggu adalah prakarsa terobosan untuk membawa layanan kesehatan menjadi lebih dekat pada ibu-ibu dari pelosok desa NTT dengan kondisi geografi yang menantang.

Bidan dan kepala Puskesmas Yustina Bria mengakui mereka tidak memiliki data yang pasti tetapi dia sangat ingat hanya ada satu kematian dalam dua tahun terakhir.

“Ibu itu hanyut di sungai pada tengah malam ketika akan menyeberang menjelang persalinan,” kata Yustina.

"Terlambat baginya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Ini juga menjadi alasan mengapa kita membutuhkan lebih banyak Rumah Tunggu."

"Ketika para ibu datang ke sini mereka harus kembali ke rumah dengan bayi-bayi mereka."

Fasilitas Rumah Tunggu pada awalnya adalah bantuan dari Kemitraan Australia Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (AIPMNH).

Selama wawancara, beberapa warga – laki-laki dan perempuan – terlihat bergotong royong membangun ruangan tambahan untuk Rumah Tunggu yang sudah ada.

"Sekarang masyarakat menyadari kebutuhan untuk fasilitas yang lebih banyak dan lebih baik. Ini menjadi kebutuhan warga dan mereka berswasembada untuk membangun ruang tambahan,” kata Yustina.

Pemerintah daerah juga sudah berkomitmen untuk menyediakan alokasi anggaran untuk para tenaga sukarela yang bertugas di Rumah Tunggu. “Walaupun jumlahnya kecil, tetapi kami bersyukur ada inisiatif ini," kata Yuliana.

Sektor kesehatan sudah dianggap serius oleh pemerintah setempat. Budaya patriarki yang kuat menjadi satu hambatan dalam penyediaan layanan kesehatan untuk para ibu dan bayi mereka. Untuk memutus tradisi yang berakar tersebut, pemerintah setempat bahkan pernah menerapkan denda bagi kepala keluarga yang tidak mengirim istri mereka yang akan melahirkan ke tempat dimana ada fasilitas kesehatan.

“Kami sudah lihat perbedaannya. Kadang-kadang kami kewalahan dengan jumlah ibu yang datang untuk periksa kehamilan dan untuk persalinan.

Tetapi semua terbayarkan sudah kalau kami mengantar mereka meninggalkan puskesmas dengan menggendong bayi mereka,” kata Yuliana.

Lebih banyak mengenai program kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir kunjungi www.aipmnh.org