Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Siaran Media: OZMINE 2008

Siaran Media

18 Februari 2008

OZMINE 2008:
Pameran dan Konferensi Pertambangan Australia
19-20 Februari 2008, Hotel Shangri-La

Industri setempat akan memperoleh kesempatan untuk mengkaji perkembangan teknologi dan produk mutakhir dari sektor pertambangan terkemuka di dunia dari Australia pada Pameran dan Konferensi Pertambangan Australia – OZMINE 2008 – minggu ini.

Acara tersebut, akan dibuka pada 19 Februari oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro dan Duta Besar Australia Bill Farmer, juga akan menjadi kesempatan pertama bagi tokoh dan pejabat industri senior untuk berkumpul untuk membicarakan pengulangan mutakhir undang-undang pertambangan Indonesia yang baru.

Selain pameran selama dua hari, melibatkan 50 perusahaan pertambangan Australia yang besar, para peserta di OZMINE dapat ikut serta dalam suatu seminar pada 19 Februari untuk mengamati kemungkinan dampak undang-undang pertambangan.

Seminar tersebut akan mencakup diskusi tentang undang-undang pertambangan dan desentralisasi, termasuk masalah fiskal dan tanah, dan masing-masing peran perusahaan dan pemerintah dalam lingkungan hidup dan tanggung jawab sosial.

Menteri Purnomo akan mengupas dampak peraturan pertambangan yang baru pada pidato pembukaannya yang berjudul “Peraturan Pertambangan Hari Ini untuk Esok Hari”.

Dubes Farmer mengatakan banyaknya perusahaan Australia terkemuka yang mengikuti OZMINE menunjukkan minat besar dan segar dari perusahaan Australia pada ekonomi Indonesia dan kepentingan timbal balik sektor pertambangan kedua negara.

“Hubungan pertambangan kami dengan Indonesia lebih dari pada menjual produk,” ujar Farmer. “Perusahaan Australia telah memberikan manfaat nyata bagi pembangunan sektor pertambangan di Indonesia, dan memiliki potensi untuk berbuat lebih banyak lagi, termasuk di bidang-bidang seperti lingkungan hidup yang berkelanjutan.”

Farmer berujar Australia merupakan salah satu negara pertambangan terbesar di dunia dan memiliki “rekam jejak inovasi yang memukau”. Ini karena, salah satu alasannya, keterpencilan dan lokasi yang tidak ramah untuk operasi pertambangan di Australia.

“Lahir dari kecerdikan dan keterpaksaan, perusahaan Australia telah mengembangkan teknologi pertambangan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi yang paling keras,” ujar Farmer. “Hal ini membuat mereka mitra yang sangat baik untuk operasi pertambangan Indonesia, yang dalam banyak kasus juga berada di daerah-daerah terpencil Nusantara.”

Atase Perdagangan Australia, Rod Morehouse, menggambarkan Australia sebagai “yang terdepan di dunia” dalam sejumlah bidang, termasuk pertambangan berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan rehabilitasi lokasi pertambangan, perencanaan dan pengembangan pertambangan, jasa geologis, peralatan pertambangan, serta servis dan perawatan. Dia berkata lebih dari 60 persen operasi pertambangan dunia kini menggunakan piranti lunak Australia.

“Industri pertambangan Australia juga terbuka dan berdaya saing tinggi, dengan lebih dari setengah perusahaan pertambangan Australia melakukan bisnis internasional, termasuk beberapa di Indonesia.”

OZMINE 2008 didukung oleh Theiss Indonesia, BHP Billiton, Rio Tinto, Leighton Contractors dan Orica Mining Services. Jadwal seminar OZMINE dapat dilihat di www.indonesia.embassy.gov.au.

Pameran dan konferensi terkait mendapat dukungan dari Asosiasi Pertambangan Indonesia, Asosiasi Profesional Pertambangan Indonesia dan Asosiasi Ahli Geologi Indonesia.

Ekspor pertambangan Australia meningkat 16 persen pada 2006-07 menjadi A$90,8 milyar.

Jumlah keseluruhan investasi Australia di Indonesia mencapai A$3,1 milyar pada 2006, dengan investasi Indonesia di Australia sebesar A$487 juta. Sekitar 400 perusahaan Australia memiliki perwakilan di Indonesia dalam berbagai sektor, termasuk pertambangan, konstruksi, perbankan dan keuangan, makanan dan minuman, serta transportasi.

Perdagangan antara Australia dan Indonesia telah berkembang dengan mantap selama beberapa tahun terakhir ini, dengan perdagangan dua-arah tahunan senilai A$10,4 milyar pada tahun fiskal 2006-07.

Indonesia saat ini menikmati surplus perdagangan barang dengan Australia sekitar A$135 juta, dengan ekspor utama ke Australia termasuk minyak mentah, emas non-moneter, jasa perjalanan, kertas dan produk kertas, dan kayu olahan sederhana.

Impor utama Indonesia dari Australia termasuk gandum, minyak mentah, jasa perjalanan, aluminium, ternak hidup dan kapas.

Informasi lebih lanjut:
John Williams (Atase Pers) tel. 021 2550 5290, hp. 0812 1053 989