Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Ilmuwan Angkasa Luar Australia Memikat Pelajar dengan Detektor ‘Debu Bulan’ dari Pendaratan Apollo

Siaran Media

5 Oktober 2010

Ilmuwan Angkasa Luar Australia Memikat Pelajar dengan Detektor ‘Debu Bulan’ dari Pendaratan Apollo

Profesor dari Universitas Australia Barat, Brian O’Brien, ilmuwan angkasa luar dan mantan Kepala Peneliti NASA (National Aeronautics and Space Administration) untuk proyek Apollo pada dasawarsa 1960-an, membeberkan penelitian ekspedisi Apollo ke Bulan kepada mahasiswa/i Institut Teknologi 10 November Surabaya hari ini.

Pada akhir dasawarsa 1960-an misi Apollo 11, 12, 14 dan 15 (dan misi Apollo 13 yang gagal) membawa Percobaan Lingkungan Bulan Zarah Muatan Apollo (Apollo Charged Particle Lunar Environment Experiments - CPLEE) atau “detektor debu Bulan” (“moon dust detectors”) yang digagas dan dirancang oleh Profesor O’Brien, yang mana ia memperoleh penghargaan dari NASA untuk Prestasi Luar Biasa dalam bidang Sains. Detektor-detektor tersebut ditempatkan di permukaan Bulan dan informasinya dipancarkan kembali ke Bumi dan direkam dalam pita. Pita data ini kemungkinan besar merupakan satu-satunya alat pengukur debu misi Apollo di dunia.

Hasil dari detektor debu Profesor O’Brien kini mungkin menjadi satu-satunya kunci untuk mengatasi masalah yang terkait dengan debu Bulan pada misi-misi Bulan di masa depan. Profesor O’Brien menemukan bahwa debu Bulan tersebut lengket dan kelengketannya berubah selama hari Bulan. Memahami unsur fisika debu Bulan mempunyai dampak penting pada peralatan ilmiah yang ditinggal di Bulan.

“Debu Bulan dipandang sebagai masalah lingkungan nomor satu di Bulan dan dapat menyebabkan kesulitan dan bahaya yang tak terduga pada robot dan manusia yang beroperasi di permukaan Bulan yang tertutup debu,” ujar Profesor O’Brien.

Ia juga membuat para mahasiswa/i tercengang ketika memperlihatkan model dengan ukuran yang sebenarnya dari detektor debu hasil karyanya. Detektor-detektor tersebut hanya seberat 270 gram dan ukurannya sebesar korek api. Detektor tersebut terdiri dari tiga sel surya kecil yang melakukan pembacaan voltase yang berbeda-beda tergantung pada seberapa banyak debu yang ada.

“Kunjungan Profesor O’Brien ke Indonesia, yang bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-20 hubungan Propinsi Kembar Australia Barat-Jawa Timur, menyoroti kekuatan Australia di bidang sains dan teknologi dan potensi untuk hubungan teknologi yang lebih erat dengan Indonesia. Ilmuwan/wati Australia terus berkolaborasi dengan para mitra internasional pada penelitian terdepan dan merupakan bagian yang vital dari program ilmu angkasa luar internasional,” ujar Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia, Paul Robilliard.

Pertanyaan Pers:
Sanchi Davis (Atase Kebudayaan) tel. (021) 2550 5260 hp. 0811 936 302