Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Saatnya untuk membangun Masyarakat Asia Pasifik

Arsip

Perdana Menteri Australia Kevin Rudd

Pidato di Depan Masyarakat Asia (Asia Society), Pusat AustralAsia, Sydney: Saatnya untuk membangun Masyarakat Asia Pasifik

4 Juni 2008

Hadirin yang terhormat

Misi Pemerintah adalah untuk membangun Australia yang kuat dan adil serta mampu menghadapi tantangan abad ke 21.

Ini berarti membuat perencanaan untuk masa depan jangka-panjang kita.

Membuat perencanaan untuk menghadapi tantangan dalam negeri kita.

Hal ini juga berarti membuat perencanaan untuk menghadapi tantangan internasional jangka panjang kita.

Australia harus pertama-tama meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dan global kita bila kita ingin mengamankan masa depan kita.

Di dalam negeri kita perlu meningkatkan pertumbuhan produktifitas kita.

Kita perlu memiliki angkatan kerja yang paling terlatih dan terampil di dunia.

Kita akan memerlukan infrastruktur berkelas dunia, termasuk jalur-lebar kecepatan tinggi.

Kita bertekad untuk meluncurkan kebijakan yang akan menaikkan tingkat partisipasi angkatan kerja – kebutuhan kritis mengingat penduduk yang makin menua.

Dan kita bertekad untuk melanjutkan pertumbuhan penduduk, disokong oleh program migrasi yang berkelanjutan.

Kita bertekad untuk meluncurkan pembaharuan perpajakan dan deregulasi bisnis.

Dan sebagai pendukung semua hal tersebut haruslah tekad akan manajemen ekonomi bertanggungjawab – melakukan setiap upaya untuk mempertahankan stabilitas makro-ekonomi.

Namun Australia menghadapi tantangan kawasan dan global tambahan yang juga penting untuk masa depan bangsa kita – perubahan cuaca, masalah keamanan energi dan pangan, kebangkitan Cina dan kebangkitan India.

Dan kita memerlukan sistem hubungan dan lembaga global dan kawasan yang tangguh untuk mendukung stabilitas.

Kita juga harus memastikan bahwa sistem perdagangan global yang terbuka dan taat hukum harus dijaga dan diperluas.

Ini adalah sistem yang menjamin kemakmuran kita, seperti juga yang telah menjamin kemakmuran kawasan.

Ketika Australia memandang secara intrinsik ke kawasan Asia-Pasifik, kita bisa lihat tantangan masa depan yang berat.

Di Barat Daya Pasifik, tantangannya besar.

Banyak negara kecil di kawasan tersebut perlu bekerja keras – dan kita akan bekerja sama dengan mereka – dalam mendirikan landasan masa depan yang aman dan berkelanjutan.

Terorisme di Asia Tenggara akan tetap menjadi tantangan yang terus berlanjut.

Dan di Benua Asia, kebangkitan India dan Cina mewakili getaran besar ekonomi, lingkungan hidup, kebijakan energi dan keamanan masa depan.

Tantangan utama bagi Australia adalah – bagaimana kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi abad Asia Pasifik – untuk memaksimalkan kesempatan, meminimalkan ancaman dan memberikan sumbangan aktif dari diri kita untuk membuat Abad Asia-Pasifik ini damai, makmur dan berkelanjutan untuk kita semua.

Malam ini saya ingin memberikan tanggapan pada pertanyaan tersebut dengan berbicara dengan anda tentang pilar ketiga kebijakan luar negeri Pemerintah – kebijakan kita tentang keterlibatan menyeluruh di kawasan Asia-Pasifik.

Persekutuan kita dengan Amerika Serikat adalah pilar pertama kebijakan luar negeri kita dan fondasi kuat dan strategis kebijakan luar negeri dan keamanan kita.

Sejak pembentukan Pemerintahan, kita telah menegaskan dukungan kita pada persekutuan tersebut, termasuk pada bulan Maret di Washington ketika saya bertemu Presiden Bush.

Persekutuan tersebut – hubungan antara Australia dan Amerika Serikat – melampaui partai politik dan pemerintahan di kedua sisi Pasifik.

Saya juga telah berbicara tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa – pilar kedua kebijakan luar negeri.

Kebijakan Pemerintah adalah sistem internasional yang taat hukum adalah termasuk dalam kepentingan nasional Australia.

Pada bulan Maret di New York saya bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB.

Saya mengumumkan setelah pertemuan tersebut bahwa Australia akan berupaya menjadi anggota Dewan Keamanan PBB pada 2013-2014.

Bila Australia menginginkan PBB yang efektif, kita harus berbaur secara menyeluruh, tidak hanya sebagian.

Dan ini berarti melibatkan diri dengan mitra-mitra multilateral kunci di seluruh dunia yang memiliki cita-cita bersama, secara khusus mitra kita di Eropa – prinsip kerja sama multilateral dengan mitra Eropa kita saya perteguh dalam pertemuan dengan Komisi Eropa di Brussels pada bulan April.

Malam ini saya ingin berbicara tentang pilar ketiga kebijakan luar negeri kita, keterlibatan menyeluruh dengan Asia.

Ini adalah salah satu pilar kebijakan luar negeri karena Pemerintah ini bertekad membangun hubungan kerja sama yang kukuh dan erat dengan negara-negara Asia.

Kita mempunyai kepentingan yang ingin kita upayakan di kawasan.

Dan kita yakin kita dapat memberikan sumbangan positif yang kuat kepada kawasan – pada stabilitas jangka-panjangnya, kemakmuran dan keberlanjutannya.

Kita ingin membangun di atas sejarah politik, strategis, ekonomi dan bantuan pembangunan kita ke kawasan pada tahun-tahun mendatang.

Malam ini saya ingin berbicara tentang masa depan dua hubungan bilateral penting kita di kawasan – Jepang dan Indonesia.

Dan saya juga ingin berbicara tentang masa depan arsitektur kawasan yang lebih luas.

Perubahan yang kini sedang berlangsung di panggung ekonomi dan strategis dunia adalah bersejarah besar.

Pendek kata, bobot ekonomi dan strategis global sedang berpindah ke Asia.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah mapan benua ini, kita mendapatkan diri kita berada di kawasan yang akan menjadi pusat urusan global.

Ini suatu proses yang berawal setengah abad yang lampau – dan sekurangnya masih akan terus berlangsung sepanjang jangka waktu itu lagi.

Jepang memimpin di depan dengan pemulihan pasca-perang yang hebat dan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Korea, Taiwan, Hong Kong dan Singapura mengikutinya.

Negara-negara Asia Tenggara – walaupun krisis keuangan 1997 – terus menunjukkan pertumbuhan yang kukuh.

Kemudian, pada dekade 1990an Cina dan India mulai tumbuh dengan cepat.

Pada 2020, menurut suatu kajian tahun lalu, Asia akan mencapai sekitar 45 persen GDP global.

Pada 2020 Asia akan menguasai sekitar sepertiga perdagangan dunia.

Pada 2020, pangsa belanja militer global Asia akan tumbuh hingga hampir seperempat.

Kekuatan militer di seluruh Asia telah berupaya untuk memodernisasi dan pertumbuhan ekonomi yang terus menerus akan mendorong pengadaan sistem militer dengan teknologi yang lebih canggih.

Dan kawasan ini memiliki titik pertikaian yang tak kunjung padam – Kashmir, Selat Taiwan, Semenanjung Korea.

Namun masih ada banyak hal lagi di samping cerita tentang perubahan Asia dari pada sekedar gambar ekonomi dan strategis.

Demografi sedang berubah.

Negara-negara yang melakukan pembangunan pertama kali penduduknya menua.

Penduduk Cina terus bertambah, namun juga menua.

Cina memperkirakan akan mencapai puncak populasinya sekitar 1,5 milyar pada dekade 2030an.

Penduduk India akan tetap muda dan tumbuh terus pada dekade-dekade mendatang.

India akan menjadi bangsa dengan penduduk terbesar di dunia pada pertengahan abad ini.

Penduduk keseluruhan kawasan akan terus tumbuh – pada 2020 diproyeksikan akan menjadi 4,6 milyar (dari penduduk dunia secara keseluruhan 7,7 milyar).

Jumlah penduduk yang terus berkembang dan standar hidup yang meningkat akan terus menambah tekanan pada sumber daya.

Untuk mengarahkan ekonomi yang meningkat ini dan untuk menyediakan standar hidup yang dituntut oleh penduduk dunia ini, kebutuhan akan energi melonjak dengan cepat.

APEC memperkirakan kebutuhan akan energi di antara anggota ekonominya akan tumbuh sekitar 40 persen pada 2020.

Secara keseluruhan, konsumsi energi Asia dapat tumbuh sekitar dua per tiga pada 2020.

Atau, dengan kata lain, lebih dari setengah pertumbuhan konsumsi energi global hingga 2020 akan berasal dari Asia.

Penduduk yang lebih mampu juga menuntut pangan yang lebih banyak dan lebih baik.

Kita telah menyaksikan peningkatan harga pangan, secara global tidak hanya di Asia.

Peningkatan penduduk juga memerlukan air.

Kita akan menyaksikan orang menderita tekanan karena air yang diakibatkan oleh sebagian besar pertumbuhan penduduk pada tahun-tahun mendatang akan terjadi di negara-negara berkembang yang sudah menghadapi tekanan pasokan air minum.

Perubahan dan tantangan bagi Asia akan sangat besar.

Oleh karena itu, bagi Australia, keterlibatan dengan Asia tidak hanya masalah pengakuan bersejarah akan tuntutan kedekatan geografis.

Keterlibatan kita dengan Asia di masa depan adalah mengenai keterlibatan dengan kawasan dengan bobot global karena keberhasilan mereka sendiri.

Itu adalah kebetulan beberapa tuntutan – geografis, ekonomis dan strategis.

Itu adalah keterlibatan dengan kawasan yang sangat penting bagi masa depan planet kita.

Lalu, bagaimana cara terbaik bagi kita untuk mempersiapkan diri menyambut abad Asia-Pasifik?

Pertama, kita harus membereskan masalah nasional kita sendiri guna memaksimalkan daya saing global kita.

Kemudian kita perlu mempunyai hubungan ekonomi dan keamanan yang baik dengan negara-negara di kawasan kita.

Namun terdapat kerapuhan dalam kebijakan luar negeri yang hanya mendasarkan diri pada hubungan bilateral.

Untuk membuang beberapa kerapuhan tersebut, kita memerlukan lembaga kawasan yang kuat dan efektif.

Lembaga kuat yang akan menyokong kawasan yang terbuka, damai, stabil, makmur dan berkelanjutan.

Kita memerlukan itu karena lembaga kawasan adalah penting untuk mengatasi tantangan bersama dimana tidak satu negara pun yang dapat menanganinya sendiri – dan mereka membantu kita untuk mengembangkan gagasan bersama tentang apa tantangan-tantangan tersebut.

Tantangan-tantangan seperti:

• Meningkatkan rasa keamanan komunitas (kita perlu belajar dari Eropa dimana permusuhan berabad-abad telah diubah menjadi tingkat kerja sama lintas-negara yang tiada duannya);

• Mengembangkan kapasitas untuk mengatasi terorisme, bencana alam dan penyakit – masalah yang pasti melewati batas negara;

• Meningkatkan rezim perdagangan yang tidak diskriminatif dan terbuka di seluruh kawasan untuk mendukung lembaga-lembaga global; dan

• Menyediakan energi, sumber daya dan keamanan pangan jangka panjang.

Saya yakin tibalah saatnya bagi kita untuk mulai memikirkan tentang dimana kita ingin berada dengan arsitektur kawasan pada 2020.

Sudah hampir 20 tahun sejak pertemuan APEC pertama di Canberra.

Ketika APEC dimulai, kita bicara tentang evolusi bertahap arsitektur kawasan.

Dan arsitektur tersebut telah berevolusi dalam jangka waktu 20 tahun.

Kita memiliki APEC, Forum Regional ASEAN, ASEAN Plus Tiga dan, yang terakhir, Pertemuan Puncak Asia Timur.

Masing-masing memiliki peran positifnya sendiri-sendiri untuk dimainkan.

Namun pertanyaan intinya adalah apa yang harus menjadi visi jangka panjang arsitektur kawasan kita?

Kita yakin kita perlu mengantisipasi perubahan-perubahan bersejarah di kawasan kita dan berupaya untuk membentuk mereka; bukannya hanya bereaksi terhadap mereka.

Kita perlu memiliki visi akan Masyarakat Asia Pasifik, visi yang mencakup:

• Lembaga kawasan yang meliputi seluruh kawasan Asia Pasifik – termasuk Amerika Serikat, Jepang, Cina, India, Indonesia dan negara-negara lain di kawasan.

• Lembaga kawasan yang mampu terlibat dalam spektrum penuh dialog, kerja sama dan aksi pada masalah-masalah ekonomi dan politik dan tantangan masa depan yang berhubungan dengan keamanan.

Tujuannya adalah untuk mendorong pengembangan rasa bermasyarakat yang sejati dan menyeluruh yang kebiasaan prinsip operasinya adalah kerja sama.

Bahaya akibat tidak melakukan tindakan apa-apa adalah kita menghadapi risiko menyerah pada persepsi bahwa perseteruan di masa depan di kawasan kita bagaimana pun tidak terelakkan.

Pada saat ini tidak satu pun dari mekanisme kawasan yang ada sebagaimana dirancang sekarang mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Oleh karena itu mengapa Pemerintah Australia yang baru berpendapat bahwa kita kini harus memulai mengadakan debat kawasan tentang dimana kita ingin berada pada 2020.

Debat seperti itu tidak berarti dengan sendirinya pengerdilan badan-badan kawasan yang ada.

APEC, Forum Regional ASEAN, Pertemuan Puncak Asia Timur, ASEAN Plus Tiga dan ASEAN akan terus memainkan peran penting, pada jangka panjang mungkin terus hidup sesuai bobotnya atau menjadi bagian dari Masyarakat Asia Pasifik.

Akan ada berbagai pandangan tentang hal ini di seluruh kawasan – beberapa akan memberikan dukungan lebih dari yang lain.

Badan baru dan gagasan baru akan terus tumbuh.

Australia akan menyambut baik evolusi Perundingan Enam Pihak (Six Party Talks) menjadi badan kawasan yang lebih luas untuk membicarakan langkah-langkah membangun kepercayaan dan keamanan di Asia Timur Laut dan sekitarnya – dan kita mendukung Amerika Serikat dalam hal ini.

Saya juga berpendapat bahwa Masyarakat Asia Pasifik pada 2020 adalah sejalan dengan usulan Presiden Bush untuk pengembangan Wilayah Perdagangan Bebas Asia Pasifik – ambisi yang secara konsisten telah kita dukung sebagai tujuan jangka panjang.

Uni Eropa tentu saja tidak mewakili model persis tentang apa yang ingin kita upayakan untuk dikembangkan di Asia Pasifik.

Namun kita dapat menimba pelajaran dari Eropa bahwa – adalah perlu untuk mengambil langkah pertama.

Pada dekade 1950an, para skeptis melihat integrasi Eropa sebagai hal yang tidak realistis.

Namun kebanyakan orang kini akan setuju bahwa tujuan para visioner di Eropa yang duduk pada dekade 1950an dan bertekad membangun kemakmuran dan pikiran sehat masyarakat keamanan telah tercapai.

Dalam semangat inilah kita perlu menangkap hal tersebut di belahan dunia kita.

Tantangan khusus kita adalah kita menghadapi kawasan dengan keanekaragaman yang lebih besar dalam sistem politik dan struktur ekonomi, tingkat pembangunan, keyakinan agama, bahasa dan budaya dibandingkan dengan rekan kita di Eropa.

Namun hal ini janganlah menghentikan kita untuk berpikir besar.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) merupakan contoh manfaat visi jangka panjang.

Di kawasan majemuk, ASEAN menghimpun suatu kelompok aneka ragam dan menciptakan pandangan bersama tentang banyak pertanyaan.

ASEAN telah membangun kebiasaan bekerja sama dan dialog.

Dan ASEAN telah memainkan peran penting dalam membangun dan memelihara perdamaian di kawasan melalui karyanya.

Untuk membawa visi sebuah Masyarakat Asia Pasifik selama enam bulan ke depan, Pemerintah Australia akan mengirim utusan tingkat tinggi ke ibu kota di negara-negara kawasan yang lebih luas untuk membicarakan proposal ini.

Berangkat dari dialog lebih lanjut tersebut kita akan membayangkan kemungkinan konferensi tingkat tinggi lebih lanjut yang terdiri dari perwakilan pemerintah dan bukan pemerintah untuk mempertajam proposal ini.

Saya sepenuhnya mengakui bahwa hal ini bukan lah proses yang akan mudah dilaksanakan – sebagaimana halnya pendirian APEC tidaklah mudah 20 tahun yang lampau.

Namun kecepatan dan ruang lingkup perubahan di kawasan kita menunjukkan kita perlu bertindak sekarang.

Oleh karena itu saya malam ini mengumumkan pengangkatan Dick Woolcott sebagai utusan Australia untuk masalah penting urusan regional yang belum tuntas ini – untuk melanjutkan dan semoga menyelesaikan pekerjaan yang telah ia mulai atas nama Perdana Menteri Hawke 20 tahun silam.

Saya mengatakan sebelumnya bahwa ini adalah Abad Asia Pasifik.

Kawasan kita harus menjadi sebuah kawasan terbuka – kita perlu terhubung dengan dunia, bukan menutup diri.

Dan Australia harus berada di garis depan tantangan itu, membantu memberikan gagasan dan mendorong untuk membangun arsitektur baru kawasan – sesuatu yang belum kita lakukan selama lebih dari satu dekade.

Kita juga perlu membina hubungan kita dengan mitra-mitra kita di sekitar kawasan.

Di Asia Timur Laut kita perlu terus membangun hubungan kita dengan pusat-pusat kekuatan ekonomi di mana kita begitu erat terhubung – Cina, Jepang dan Korea.

Di Asia Tenggara kita bahkan harus lebih memperdalam hubungan kita dengan mitra-mitra kunci kita – Indonesia, Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Di Asia Selatan, kita perlu membangkitkan kembali semangat hubungan kita dengan raksasa lainnya yang sedang menanjak, India.

Tapi, sebelum kunjungan saya ke Jepang dan Indonesia minggu depan saya ingin menjelaskan bagaimana Pemerintah kita memandang hubungan dengan dua mitra penting ini.

Dalam banyak hal, hubungan kita dengan Jepang adalah salah satu landasan ikatan regional kita.

Hubungan antara Australia dan Jepang adalah sebuah kemitraan strategis, keamanan dan ekonomi secara menyeluruh – dan di balik itu kita memiliki hubungan persahabatan yang handal.

Dan saya bertekad untuk membuat kemitraan tersebut jauh lebih dalam dan luas.

Selama 50 tahun silam, pembangunan hubungan kita dengan Jepang sering membuka jalan bagi keterlibatan kita dengan kawasan.

Dari traktat perdagangan kita pada 1957, berlanjut kepada kerja sama membangun APEC pada dekade 1980an di bawah kepemimpinan Bob Hawke, dan hingga kerja sama keamanan kita, perkembangan hubungan kita dengan Jepang telah berada di jalur terdepan dalam ikatan regional kita.

Jepang adalah sebuah budaya kuno.

Jepang adalah sebuah kekuatan ekonomi global – ekonomi terbesar kedua di dunia.

Kehadiran ekonominya telah membuat sumbangan kritis ke banyak ekonomi di seluruh dunia – termasuk Australia.

Jepang adalah pemberi bantuan pembangunan yang utama di seluruh dunia.

Jepang juga salah satu pendukung terkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Negara tersebut merupakan suara jernih di panggung dunia bagi pencegahan penyebaran nuklir dan senjata lain – dengan membawa sejarah unik dan mengerikan dalam perdebatan sebagai satu-satunya negara yang telah menderita karena dampak senjata nuklir.

Jepang juga mewakili kehadiran keamanan penting di belahan dunia Asia Timur.

Oleh karena itu, bagi Australia, melibatkan diri dengan Jepang merupakan prioritas inti.

Kita memiliki hubungan ekonomi yang tangguh.

Namun kita masih bisa melakukan banyak hal lagi untuk mengamankan hubungan ekonomi yang kukuh di masa depan.

Saya akan berbicara dengan Perdana Menteri Fukuda tentang bagaimana kita dapat mempercepat negosiasi kita tentang perjanjian perdagangan bebas.

Kita juga mitra strategis.

Ketika saya bertemu dengan Perdana Menteri Fukuda minggu depan saya berharap untuk dapat mengajukan usulan nyata untuk memperkuat keterlibatan keamanan kita – baik secara bilateral maupun trilateral dengan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Fukuda dan saya juga akan berdayaupaya bagaimana Australia dan Jepang dapat bekerja sama lebih dalam lagi baik secara regional maupun global.

Secara regional, kita dapat juga berupaya untuk bekerja sama secara erat pada usaha-usaha bantuan pembangunan kita di Pasifik.

Secara global, kita juga bisa bekerja sama tentang perubahan iklim.

Perdana Menteri Fukuda telah mengundang saya untuk menghadiri pertemuan G8 dengan pihak luar di Jepang pada Juli.

Perubahan iklim akan menjadi fokus utama pertemuan dengan pihak luar dan saya akan berbicara dengan Perdana Menteri Fukuda tentang bagaimana kita dapat bekerja sama tentang sains dan kebijakan perubahan iklim.

Sebagai pendukung hubungan ekonomi, hubungan politik dan hubungan strategis adalah hubungan persahabatan antar warga.

Hal tersebut mencakup pelajar yang melakukan perjalanan di kedua arah – termasuk mereka yang mengikuti program pemondokan (homestay), belajar bahasa dan budaya negara lain.

Bahasa Jepang adalah bahasa asing yang paling banyak dikaji di Australia – lebih dari 220.000 warga Australia belajar bahasa Jepang di sekolah menengah negeri.

Saya harus mengakui di sini ada masalah penangkapan ikan paus.

Kita telah, dan terus, berdialog secara terus-terang dengan Jepang tentang masalah ini.

Namun saya berharap kita akan mampu menemukan pemecahan diplomatik tentang apa yang merupakan perbedaan penting antar sahabat.

Minggu depan merupakan kunjungan kedua saya ke Indonesia sejak menjadi Perdana Menteri – kunjungan pertama saya adalah ke pertemuan perubahan iklim di Bali pada Desember.

Saya menantikan dengan gembira untuk kembali duduk bersama dengan Presiden Yudhoyono dan membicarakan masa depan hubungan kita.

Kita telah memiliki sejarah besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

Australia – di bawah Partai Buruh Australia – mengambil prakarsa untuk mewakili kepentingan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1947.

Kami adalah pendukung kuat kemerdekaan Indonesia pada 1949.

Dan, sejak saat itu, sejarah kita tak terpisahkan.

Hubungan kita kini telah matang dan kita memiliki kemitraan sejati.

Saya telah mengamati pembangunan Indonesia yang menarik perhatian beberapa tahun terakhir ini.

Dan layaklah untuk mengulang kembali beberapa hal mendasar tentang Indonesia.

Indonesia adalah demokrasi terbesar di Asia setelah India.

Indonesia adalah bangsa dengan penduduk Muslim terbesar.

Sejak krisis keuangan pada 1997 Indonesia telah menjalani pemulihan yang kukuh.

Ekonominya tumbuh lebih dari enam persen per tahun.

Transisinya ke demokrasi dan pemulihan ekonominya di dekade terakhir telah menarik perhatian.

Di Australia kami harus mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang perubahan-perubahan ini karena hubungan kita dengan Indonesia demikian pentingnya.

Ini penting bagi kami karena tantangan bersama yang kita hadapi dan perlunya kita mengembangkan tanggapan bersama terhadap tantangan-tantangan ini.

Misalnya tentang perubahan iklim.

Saya telah melakukan pembicaraan tentang peningkatan kerja sama perubahan iklim kita dengan Presiden Yudhoyono ketika kami bertemu di Bali – dan saya ingin mengakui kepemimpinan Presiden pada masalah ini.

Mencari cara untuk melaksanakan kerja sama ini lebih jauh akan menjadi prioritas teratas kunjungan saya ke Indonesia minggu depan.

Saya berharap untuk mampu menjabarkan langkah ke depan untuk kerja sama perubahan iklim Australia-Indonesia selama kunjungan saya.

Secara khusus, saya yakin ada ruang nyata bagi kita untuk bekerja sama tentang masalah penggundulan hutan.

Kita juga memiliki dasar kuat hubungan persahabatan antar warga.

Hampir 400.000 orang melakukan perjalanan bolak-balik antara Australia dan Indonesia setiap tahun.

Dan sekitar 15.000 pelajar Indonesia menuntut ilmu di Australia.

Saya memberi perhatian khusus untuk memastikan bahwa lebih banyak lagi orang di Australia belajar tentang Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah salah satu target bahasa dalam investasi Pemerintah sebesar A$62 juta selama tiga tahun untuk mendorong kajian bahasa Asia di sekolah menengah Australia – yang dikembangkan di atas 170.000 warga Australia yang sudah belajar bahasa Indonesia di sekolah menengah.

Dan saya juga berharap warga Indonesia belajar lebih jauh tentang Australia.

Bagian penting proses saling pembelajaran ini adalah dialog antar-agama.

Dialog seperti ini telah berlangsung dalam beberapa putaran selama ini.

Ini merupakan prakarsa yang baik dan sesuatu yang saya harap dapat diperluas di masa depan.

Kepentingan global bersama kita dan hubungan persahabatan yang baik yang kita miliki memberi kita dasar yang baik untuk mengembangkan lebih jauh hubungan bilateral kita.

Kita perlu memiliki visi kemana kita ingin membawa hubungan bilateral ini dan kita perlu bekerja menuju visi tersebut.

Bagi saya, itu adalah visi kemitraan yang dibangun di atas saling menghormati dan saling menguntungkan.

Mengembangkan hubungan ekonomi kita adalah bagian penting darinya.

Kita perlu melanjutkan kajian tentang perjanjian perdagangan bebas kita.

Tujuan kita sederhana – untuk membuatnya lebih mudah bagi masyarakat bisnis kita untuk berinteraksi satu sama lain.

Kita juga harus mengembangkan hubungan pertahanan dan keamanan kita.

Kita memiliki dasar yang baik untuk kerja sama di Traktat Lombok, namun kita perlu melakukan lebih banyak lagi.

Secara khusus, kita perlu memperdalam kerja sama kita dalam bidang keamanan mengingat tantangan bersama kita dalam terorisme.

Di luar hubungan bilateral kita Australia dan Indonesia dapat memperoleh hasil lebih baik bagi kawasan dan dunia ketika kita bekerja sama dalam kemitraan diplomatik yang melampaui masalah-masalah lama bilateral.

Bagi Australia, kerja sama dengan Indonesia tentang urusan kawasan – termasuk Pertemuan Puncak Asia Timur – adalah sangat penting.

Bencana alam di Birma dan Cina beberapa minggu terakhir – keduanya dengan korban jiwa yang mengerikan – mengingatkan kita tentang perlunya kerja sama kawasan untuk menelurkan hasil praktis, dengan meningkatkan koordinasi upaya tanggap bencana, misalnya.

Di sini APEC mempunyai peran penting untuk dimainkan.

Australia dan Indonesia adalah ketua bersama gugus tugas APEC tentang kesiapan dan tanggap darurat.

Ini didirikan setelah tsunami Samudera Hindia pada 2004.

Dan gugus tugas tersebut telah melakukan kerja yang baik.

Dalam kunjungan saya ke Indonesia minggu depan, saya akan mendiskusikan dengan Presiden Yudhoyono bagaimana kita dapat meningkatkan tempo kerja gugus tugas tersebut.

Saya memiliki beberapa usulan khusus untuk dibawa ke Presiden tentang bagaimana kita dapat berbuat lebih banyak lagi untuk menghimpun pakar bantuan bencana dari sekitar kawasan – karena ketika terjadi suatu krisis, rakyat kita perlu memiliki jaringan yang siap sehingga kita dapat memberi tanggapan tepat waktu.

Untuk melakukan hal ini, kita perlu membangun di atas prakarsa penting yang sudah diajukan di tempat lain di kawasan – paling akhir oleh Perdana Menteri Fukuda dari Jepang.

Ketika kita melemparkan pandangan untuk membangun arsitektur kawasan baru pada 2020 dan jauh di depan, Indonesia akan menjadi salah satu mitra penting kami.

Bagi Australia, Indonesia adalah mitra dalam setiap bidang ikhtiar.

Kami tertekad untuk membangun hubungan yang lebih erat antara kedua rakyat kita, parlemen kita dan lembaga-lembaga kita.

Kita adalah mitra dalam mengatasi perubahan iklim.

Kita adalah mitra dalam membangun kawasan.

Minggu depan di Indonesia, saya menantikan dengan gembira untuk berbincang-bincang dengan Presiden Yudhoyono tentang bagaimana kita membawa maju kemitraan ini.

Sekitar 30 tahun yang lampau saya menginjakkan kaki di kawasan yang lebih luas.

Pengalaman tersebut – dan kajian saya tentang sejarah, bahasa dan budaya Asia di universitas – membuka mata saya tentang pentingnya kawasan bagi Australia.

Dan hal tersebut memberi pandangan kuat kepada saya bahwa Australia harus menjadikan dirinya sebagai negara yang paling paham tentang Asia di kelompok Barat.

Asia adalah benua majemuk dan kita harus berupaya keras untuk mengembangkan dan mempertahankan keterlibatan kita menuju masa depan.

Bisnis kita, lembaga pendidikan kita dan lembaga pemerintah kita perlu untuk memahami Asia.

Pemerintah ini akan melakukan investasi lebih banyak lagi dalam arah ini.

Karena kita di bangsa ini memiliki tuntutan unik untuk memahami penuh dan terlibat dengan dinamika global baru abad Asia-Pasifik.

Australia harus memainkan perannya dalam membentuk masa depan kawasan.

Dan inilah yang ingin dilakukan oleh Pemerintah Australia yang baru.