Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Herb Feith Dialogue

25 Februari 2021

Selamat sore,

Saya Gary Quinlan

Saya telah menjabat sebagai Duta Besar Australia untuk Indonesia selama tiga tahun terakhir dan senang berada di sini malam ini meskipun tidak secara langsung, melainkan secara virtual.

Kita sekarang semua saling terhubung secara virtual dan sudah hampir setahun dan saya pikir ini merupakan sebuah revelasi bagi kita semua, tentunya bagi saya, betapa efektifnya interaksi virtual seperti ini dan tentu saja betapa pentingnya ini.

Saya ingin menyebut wakil rektor, Margaret Gardner, tentu saja Monash, juga Profesor Sharyn Davies, direktur baru Herb Feith Center, dan tentu saja Konsul Jenderal Indonesia Ibu Spica dan juga Profesor Andrew Burn serta Profesor Sharon Pickering, yang paling penting terima kasih telah mendengarkan kami hari ini.

Monash, tentu saja seperti yang kita semua tahu, merupakan satu institusi pendidikan terbaik Australia di antara yang terbaik, dan terutama yang berinvestasi sangat besar di Indonesia serta dalam hubungan antara kedua negara kita.

Ini tidak hanya terbatas tentang Herb Feith Center, yang mana mempertemukan kita hari ini, tetapi juga fakta seperti yang Anda ketahui, bahwa Monash akan membuka kampus universitasnya di Indonesia, universitas asing pertama di Indonesia.

Dan terlepas dari COVID, momentumnya ada di sana dan ini merupakan upaya luar biasa, dan kami mengucapkan selamat kepada semua pihak di Monash serta lainnya di sistem Pemerintahan Indonesia yang terkait dalam pencapaian luar biasa ini.

Sekarang, tentang topik hubungan Australia-Indonesia 2021 dan seterusnya.

Itu adalah topik yang cukup luas, jadi saya ingin membatasi diri dengan jelas dalam waktu yang tersedia dan memilih beberapa poin utama, yang diharapkan akan membantu memperjelas pemikiran tambahan in oleh semua yang terlibat dalam hubungan, saat kita  memetakan sebuah masa depan yang lebih baik untuk kedua negara.

Pertama-tama, saya ingin menekankan fakta bahwa hubungan kedua negara kita sangat kuat. Terkadang orang-orang akan berpikir oh hubungan ini agak rapuh, padahal sebenarnya tidak. Sejarah telah menunjukkan betapa tangguh hubungan kita, hubungan kita memang seharusnya tangguh karena kita adalah tetangga dan Anda tentu berharap demikian.

Tetapi waktu telah memperlihatkan dan hubungan ini memang tangguh dan COVID-19 dan tanggapan selaras kita terhadap apa yang secara global merupakan peristiwa paling mengganggu bagi kita semua sejak Perang Dunia II, tanggapan kita yang selaras antar dua tetangga, kita, telah menunjukkan dengan tepat seberapa kuat ketangguhan hubungan itu.

Kita telah berada pada titik balik, dan titik balik awal antar kedua negara selama beberapa tahun terakhir. Dan alasannya adalah, menurut saya karena seluruh kawasan dan pada kenyataannya dunia juga telah berada pada titik balik. Dan ini sebelum COVID. COVID merupakan sebuah titik balik dan artinya bagi kita semua, sangat jelas.

Tetapi trennya adalah, bahwa kita mengubah dunia kita dan perhitungan bahwa masing-masing pemerintah kita, masing-masing negara kita ikut mengambil bagian saat memikirkan keberadaan kita di dunia. Tren tersebut sudah ada.

Pergeseran bersejarah ke Asia Pasifik yang sekarang dikenal luas sebagai 'Indo-Pasifik', pergeseran historis ekonomi politik, gravitasi strategis ke bagian dunia kita, perubahan teknologi besar-besaran yang kita semua sedang hadapi, perubahan tercepat dalam sejarah manusia. Dan itu tentu saja membuat segalanya menjadi lebih mudah berubah, lebih sulit untuk dihadapi dan tentu saja perubahan ekologis yang mendalam.

Semua hal ini telah membuat masing-masing negara kita, Indonesia dan Australia, menilai apa yang terjadi dan apa arti perubahan itu bagi kita masing-masing, dan kita sebenarnya membuat penilaian yang sama. Pilihan kebijakan kita tentang cara menangani perubahan dramatis tersebut pasti akan sedikit berbeda, tetapi pada kenyataannya kita membuat penilaian yang sama. Dan sebagai hasilnya, meskipun terkadang ada perbedaan kebijakan, tetapi tidak penting, kita pada dasarnya selaras satu sama lain.

Dan yang terpenting, kita sangat-sangat aktif fokus pada bagaimana kita berdua dapat menjadi negara yang lebih tangguh, dan dengan satu sama lain dengan membentuk kawasan tempat kita tinggal, dengan menggabungkan perspektif kita dan kekuatan operasional untuk mempengaruhi kerja sama yang kita perlukan demi membentuk kawasan kita.

Presiden Widodo berkunjung ke Canberra, Australia, dalam kunjungan kenegaraan setahun yang lalu, Februari tahun lalu. Saya beruntung dapat hadir dalam kunjungan itu, dan beliau berpidato di depan Parlemen Australia dalam kunjungan itu. Beliau adalah presiden Indonesia kedua yang melakukannya setelah SBY pada tahun 2010. Dalam pidato di hadapan parlemen itu, Presiden Widodo menggambarkan Australia dan kutipannya sebagai “Teman terdekat Indonesia”.

Para pemimpin negara tentu saja dan para diplomat selalu mengatakan hal-hal seperti itu. Tetapi faktanya adalah, dan terutama jika Anda berpidato di depan parlemen, tetapi faktanya: itu benar. Secara politik, kedua negara tidak pernah lebih dekat.

Dalam kunjungan tersebut, kedua pemimpin mengumumkan Rencana Aksi untuk menjalankan, untuk memberlakukan, mengimplementasikan Kemitraan Strategis Komprehensif yang ditandatangani dan diadopsi oleh kedua pemimpin dalam kunjungan pertama Perdana Menteri Morrison ke Indonesia, enam hari setelah beliau dilantik menjadi Perdana Menteri Australia pada Agustus 2018.

Ada lima pilar operasional dan pilar serius dalam Rencana Aksi  yang detail ini. Lima pilar di bawah Comprehensive Strategic Partnership, empat diantaranya adalah kerjasama ekonomi bilateral, kerja sama antar warga, keamanan dan pertahanan, maritim, dan ada pilar kelima, uniknya negara kita berdua menetapkan wilayah yang berbeda di mana kita dapat bekerja sama satu sama lain untuk membentuk kawasan.

Kemitraan Strategis Komprehensif dan kedua negara kita memiliki sangat sedikit perjanjian seperti ini. Ini adalah perjanjian diplomatik dengan level tertinggi yang dapat Anda miliki dengan negara lain. Dan kami hanya memiliki sedikit dari perjanjian sejenis ini, masing-masing dari kami, Indonesia dan Australia. Hal ini penting karena membuat kerja sama kita akuntabel, sistematis, rutin. Kabinet Australia akan menerima laporan setiap enam bulan tentang implementasi rencana itu dan itu unik karena itu sangat penting bagi kami. Jadi hal tersebut adalah pengubah permainan.

Pengubah permainan yang besar lainnya untuk dekade berikutnya adalah kita memetakan masa depan atau mencoba memetakan masa depan adalah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA) yang mulai berlaku Juli lalu selama COVID. Jadi perjanjian tersebut sudah ada.

Tanggapan kami terhadap COVID-19 sebenarnya telah menunjukkan bahwa tanggapan diantara kita, dan tentu saja di pihak Australia, betapa selarasnya hubungan kita.

Kedua pemimpin kami telah melakukan kontak rutin melalui telepon, bertukar catatan tentang apa yang terjadi dengan COVID-19 di setiap negara, secara regional dan secara global dan menyelaraskan kebijakan untuk mempengaruhi negara lain dalam tanggapan mereka dan mencoba mendapatkan kepemimpinan global dalam hal COVID-19. Belum ada kepemimpinan global pada Covid-19. Itu sudah jelas.

Jadi, bagi negara-negara menengah seperti Australia, kekuatan menengah, perlu bekerja sama lebih erat untuk menyampaikan pesan yang tepat ke negara lain tentang seberapa serius masalahnya dan seberapa cepat kita perlu bertindak.

Jadi, para pemimpin negara telah menjalin komunikasi. Menteri Luar Negeri terus-menerus berkomunikasi secara teratur. Menteri Pertahanan berhubungan melalui telepon secara teratur setiap bulan dan Kepala Angkatan Pertahanan pun demikian. Bendahara Negara dan Menteri Keuangan dan beberapa Menteri lainnya, di bidang yang sangat khusus, IT, komunikasi, permasalahan semacam itu, semua telah berdialog secara konstan untuk bertukar catatan dan menyelaraskan sumber daya kami satu sama lain.

Kami telah berupaya keras agar semua pertemuan rutin yang kami lakukan di tingkat Menteri setiap tahun dan di tingkat pejabat pemerintahan tetap berlangsung. Agar kami tidak kehilangan momentum dan menciptakan celah yang jauh lebih besar dari yang kami perlukan dan inginkan meskipun ada tekanan COVID dan masa yang sulit.

Dalam hal penanggulangan terorisme, keamanan siber, masalah maritim dan perbatasan, masalah hukum dan keamanan, pendidikan, semua kerja sama itu telah terjadi. Dan saya pikir sebenarnya keteraturan kerja sama antara Australia dan Indonesia itu adalah kerja sama yang paling erat bagi kami, yang dimiliki Australia dengan satu negara lain dan yang paling erat dimiliki oleh Indonesia meskipun ada tantangan COVID.

Kami meresmikan pertemuan pejabat Senior Ekonomi baru, Agustus lalu. Hal ini akan menjadi bagian sangat penting dari hubungan ekonomi kita dengan kebijakan di masa depan.

Kami akan segera mengeluarkan apa yang kami sebut cetak biru bisnis tentang cara mengambil peluang yang ditawarkan IA-CEPA dan melakukan sesuatu untuk mengatasinya, inilah yang dapat Anda lakukan. Kami mencoba memberikan sedikit panduan bagaimana Anda dapat memanfaatkan peluang perjanjian itu dengan sebaik-baiknya. Kami akan segera mengadakan pertemuan para Menteri Ekonomi Senior, para Menteri perdagangan, investasi dan ekonomi.

Kami akan segera mengadakan 2 + 2, itu adalah pertemuan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan kedua negara, mungkin secara virtual tetapi mungkin jika kami dapat mengaturnya bertemu secara langsung, kami sedang mengerjakannya. Dan juga pertemuan tahunan Menteri Pertahanan kita.

Dan pertemuan lain yang sangat menarik, pertemuan Menteri Luar Negeri Trilateral pertama antara Australia, Indonesia dan India. Ini adalah hubungan trilateral baru di kawasan yang fokus pada bagaimana kita dapat saling membantu untuk membangun ketahanan di Indo Pasifik. Dan tentunya akhir tahun ini kita akan mengadakan Pertemuan Pimpinan tahunan kita.

Juga dalam respons COVID-19 kami, program pengembangan dan kemitraan kami dengan Indonesia, kami mengarahkannya ke respons COVID-19 dan prioritas Indonesia sendiri untuk respons itu segera setelah terbukti bahwa COVID-19 akan menjadi bencana bagi semua orang. Kami mengarahkan program tersebut untuk fokus pada arahan teknis, ekonomi dan pemerintah, kesehatan masyarakat, perlindungan sosial, bidang-bidang utama ini memiliki prioritas dalam respon Indonesia sendiri.

Akhir tahun lalu, kami memberikan pinjaman sebesar 1,5 miliar dolar untuk dukungan anggaran, dukungan anggaran langsung untuk tanggapan COVID di Indonesia dan kami akan terus mencermati apakah dukungan fiskal tambahan di masa depan mungkin berguna.

Sekarang tentunya kami juga sedang mengerjakan vaksin. Dan kami memiliki program 100 juta dolar, program 100,9 juta dolar yang diumumkan baru-baru ini berfokus pada Indonesia sebagai bagian dari program setengah miliar dolar yang lebih luas untuk vaksin di kawasan. Dan tentu saja kami akan terus bekerja untuk menemukan vaksin karena itu adalah cahaya diujung jalan, hal ini sangat penting.

Sekarang tentu kita tahu bahwa kita tidak bisa hanya melihat masa depan kembali ke pengaturan 2020 atau pengaturan pra-COVID. COVID telah mengubah segalanya, kita tahu itu.

Perekonomian Indonesia mengalami kemunduran, terkontraksi pada tahun 2020 hal ini merupakan pertama kali sejak krisis keuangan Asia tahun 1998, angka kemiskinan, pengangguran meningkat, banyak usaha kecil harus tutup.

Pendidikan - dan ini yang ingin saya tekankan, telah terpengaruh secara khusus dengan sekolah ditutup selama hampir satu tahun dengan dampak buruk dan besar bagi generasi muda. Generasi muda dan pendidikan selalu menjadi kunci masa depan. Kunci masa depan antara kedua negara kita, pemuda dan pendidikan, ini adalah kunci dan area yang perlu kita fokuskan untuk program dan kerjasama kita yang berkelanjutan.

Kesulitan sistem kesehatan masyarakat menjadi sangat jelas dan kebutuhan akan perlindungan sosial yang tepat sasaran dan efektif, dan juga uang. Karena bisnis yang terkontraksi mengalami kemunduran, jumlah uang yang tersedia melalui pajak kepada pemerintah Indonesia telah turun secara signifikan.

Maka pada saat dimana terdapat permintaan yang semakin besar untuk pendidikan, perlindungan sosial, bantuan bagi industri untuk membangun kembali, pada saat itu uang yang tersedia untuk melakukan itu menurun sehingga kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan melalui reformasi pajak menjadi sangat jelas.

Kini kami memperkirakan Presiden Widodo akan melakukan segala upaya untuk terus menjaga agar perekonomian tetap terbuka sehingga perekonomian dapat bertumbuh. Dan kami kira hal tersebut akan berlanjut, dibalik fakta bahwa COVID-19 jelas akan tetap menjadi masalah serius setidaknya untuk satu tahun lagi.

Dan tentu saja program vaksinasi pemerintah, di negara yang sangat luas, negara terbesar keempat di dunia, di seluruh nusantara, program vaksinasi itu perlu terus memiliki efektivitas yang luas setidaknya hingga kuartal kedua tahun depan.

Estimasi anggaran Pemerintah Indonesia sendiri adalah ekonomi Indonesia akan terkontraksi dan mundur sekitar tujuh persen, akan menjadi tujuh persen lebih kecil dari sebelum pra-COVID. Saya menyampaikan ini untuk menunjukkan ekosistem yang kedua negara kita hadapi.

Australia sudah, dan telah dan sedang keluar dari pandemi, lebih baik dari banyak negara lain. Tapi bukannya tanpa tantangan.

Namun dalam hal kerja sama yang dibutuhkan antara kedua negara kita dalam hal ini, jelas bahwa kami di Australia harus sangat waspada, sangat sensitif, sadar akan ekosistem yang sangat sulit yang tengah dihadapi oleh tetangga dan teman terdekat kami.

Saya sebaiknya tidak bicara lebih lama lagi, melihat ke masa depan, saya pikir pertama-tama izinkan saya membuat satu atau dua komentar dalam segi ekonomi.

Saya telah menyebutkan IA-CEPA, dan ini akan membentuk platform baru untuk integrasi ekonomi di  waktu mendatang. Begitu kita mulai membangun kembali dan keluar dari dampak buruk COVID-19.

Di sini, dimana kita akan fokus secara khusus selain dari sisi perdagangan tentunya, dan perdagangan antara kedua negara tidak terpengaruh separah yang kita khawatirkan. Faktanya memang turun sedikit, tetapi di beberapa area naik. Dan telah menguntungkan Indonesia di beberapa area, jadi sesungguhnya kita ingin melihat lebih banyak hal itu.

Tetapi kami juga ingin fokus pada layanan dan investasi. Mendapatkan investasi Australia ke Indonesia dan mendapatkan lebih banyak investasi Indonesia ke Australia adalah hal yang baik.

Bidang-bidang yang saya rasa IA-CEPA akan terbuka lebih luas untuk bisnis adalah bidang kesehatan swasta, infrastruktur pariwisata, segala sesuatu yang berkaitan dengan start-up digital dan ekonomi digital, pendidikan khususnya pendidikan dan pelatihan kejuruan, dan energi terbarukan. Dan ini akan menjadi fokus yang besar di masa yang akan datang.

Kami juga akan segera menandatangani Nota Kesepahaman baru tentang kerjasama agribisnis antara kedua negara. Dan mengembangkan cara baru untuk mendapatkan rantai pasokan terintegrasi yang lebih baik untuk bekerja dengan bisnis Indonesia demi ketahanan pangan Indonesia. Dan itu sangat penting.

Saya harus menyebutkan kemitraan kerjasama pembangunan kita jelas akan terus berlanjut. Dan akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan dengan memberikan fokus besar pada, pemulihan ekonomi dari COVID, kebutuhan kesehatan masyarakat, nasihat teknis dan ekonomi secara luas, perlindungan sosial, dan secara tradisional fokus kami juga pada manajemen bencana.

Hal-hal ini akan menjadi fokus akan apa yang kita lakukan dalam IA-CEPA untuk program pengembangan di masa mendatang.

Bidang lain yang saya akan sebutkan penanggulangan terorisme karena selalu menarik bagi orang-orang. Indonesia memiliki orang kontra-terorisme terbaik di dunia, di negara mana pun yang menghadapi tingkat terorisme dengan ancaman apa pun. Australia dan Indonesia tetap menjadi mitra terdekat di kawasan kita dalam penanggulangan terorisme. Kedua pasukan polisi kami memiliki hubungan paling dekat dibanding hubungan pasukan polisi mana pun di dunia dalam hal melawan terorisme. Tapi itu ada di sana. Mungkin akan selalu ada. Tapi itu adalah area di mana kami melakukan banyak hal dengan sangat positif satu sama lain.

Saya akan menyebutkan siber dan keamanan siber karena ancaman gangguan siber ke infrastruktur penting kita, terhadap keamanan nasional dan ekonomi digital kita telah menjadi semakin nyata dan jelas bagi masing-masing negara kita selama beberapa tahun terakhir. Dan ancaman dari disinformasi, penyalahgunaan peluang siber, kami akan bekerja bersama lebih erat dalam hal ancaman-ancaman tersebut di waktu mendatang.

Pertahanan, kita sebenarnya memiliki hubungan pertahanan yang sangat baik, dan terkadang memiliki hubungan yang naik turun, kita sudah lama tidak mengalami hal tersebut, kita tidak mengharapkannya juga. Kerja sama pertahanan sebenarnya cukup kuat terutama dalam area pelatihan dan hal ini akan terus meningkat. Dan dalam bidang pengadaan, pembelian peralatan, kami berdua mengembangkan industri pertahanan kami sendiri. Sehingga ada lebih banyak peluang di waktu mendatang dan semua itu.

Dan lebih banyak lagi operasi bersama. Satu hal yang ingin saya sebutkan karena ini secara historis simbolis tetapi benar-benar penting, adalah bahwa kami sedang menyelesaikan aturan pengerahan pasukan bersama antara Australia dan Indonesia dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB. Ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri kami setahun yang lalu dan kami sedang mengerjakannya sekarang.

Itu, kalau dipikir-pikir, seperti yang saya katakan adalah sebuah perkembangan sejarah. Kedua negara kita bersama-sama memberikan kontribusi penjaga perdamaian di bawah mandat bersama Dewan Keamanan PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan di bagian yang belum diumumkan negara mana ataupun misi penjaga perdamaian mana di kawasan kita, bersejarah. Kerja sama semacam itu menurut saya akan terus berlanjut secara rutin di masa depan. Dan juga kita akan melakukan lebih banyak dalam penugasan bersama untuk bantuan kemanusiaan dan keamanan.

Maritim, apa pun yang dilakukan oleh kedua negara kita secara maritim adalah vital dan penting bagi kita berdua. Kita berdua adalah negara maritim, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, pulau-pulau dalam jumlah besar, luas samudera – banyak yang berbatas dengan kami. Dan kami adalah sebuah benua tetapi negara kecil dalam ukuran populasi tetapi negara besar dalam hal geografi.

Dan kemudian juga ada India, sebagai negara maritim besar lainnya di wilayah terdekat kita. Jadi terdapat tiga negara, itulah mengapa kerja sama trilateral di bidang maritim akan menjadi jauh lebih penting. Karena kita berbagi ekosistem dan tantangan maritim yang sama, dan geografi strategis maritim yang sama. Kami akan melakukan lebih banyak kerja sama di Samudra Hindia.

Kami akan lebih fokus pada penanganan sampah plastik. Apa yang bisa kita lakukan bersama. CSIRO di Australia sedang melakukan beberapa pekerjaan dengan yang lainnya, mitra Indonesia, tentang apa yang dapat kami lakukan di sana. Dan semakin banyak upaya untuk memerangi penangkapan ikan ilegal.

Secara internasional, kami adalah pendukung besar visi Indo-Pasifik untuk kawasan kita, dan tentu saja ASEAN.

Kami, Australia, melihat ASEAN sebagai hal yang mutlak vital dan sentral bagi kalkulus strategis regional. Memerlukan kalkulus yang aman, tetapi juga untuk memberikan kemakmuran bagi kita masing-masing. Dan kami akan terus bekerja keras untuk itu. Kami saat ini sangat senang dengan kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Menteri Luar Negeri Retno di ASEAN dan kawasan terkait Myanmar, dan apa yang kami lakukan untuk itu. Kami adalah pendukung terkuat ASEAN, selalu, Australia, kami telah menjadi mitra dialog pertama ASEAN sejak 1974. Dan semua orang di negara ini, mulai dari Perdana Menteri ke bawah, ketika mereka berbicara tentang kebijakan luar negeri, selalu mengatakan salah satu dari dua atau tiga prinsip operasi utama adalah pentingnya ASEAN.

Kita berdua adalah anggota G20, terkadang kami lupa. Indonesia, sama-sama merupakan negara ekonomi G20. Indonesia akan menjadi Ketua G20 tahun depan. Dan kami telah terlibat erat dalam perbincangan satu sama lain tentang bagaimana kami dapat bekerja sama dalam agenda dan bagaimana mendapatkan hasil dari dialog G20, dan juga ada cara dengan pertukaran keahlian untuk mengembangkan kapasitas untuk G20.

Kita berdua bekerja sama erat dalam reformasi Organisasi Perdagangan Dunia, di mana Indonesia telah mengambil peran kepemimpinan, dan Australia juga. Dan juga WHO, reformasi Organisasi Kesehatan Dunia. Kami akan bekerja lebih dekat lagi untuk itu.

Saya akan menyimpulkan dengan menyebutkan hubungan antar-masyarakat.

Sekarang ini selalu yang paling sulit, dalam arti untuk menilai dan mengkarakterisasi. Karena mereka pada akhirnya bergantung bukan hanya pada apa yang kita ketahui tentang satu sama lain, tetapi juga apa yang kita rasakan tentang satu sama lain. Jadi, sangat sulit untuk menilai seberapa sukses hubungan antar-masyarakat berjalan selama ini.

Jelas pemuda adalah kuncinya. Dan mengingat fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara muda terhebat di dunia, akan selalu menjadi kunci untuk dekade berikutnya.

Pendidikan, kami benar-benar membuat kemajuan besar. Semakin banyak koneksi.

The New Colombo Plan dari Australia, Indonesia sebagai negara pilihan. Dan dalam lima tahun pertama New Colombo Plan, sepuluh ribu pelajar Australia menghabiskan waktunya di Indonesia. Kami kehilangan sebagian momentum itu, karena COVID-19. Kami telah menjalankan program secara virtual, program mobilitas. Kami harus bekerja ekstra keras untuk membangunnya kembali, dan kerangka kerja universitas di Australia untuk membantu mendukung ACICIS, New Colombo Plan.

Kita perlu melakukan lebih banyak upaya dalam studi dan kolaborasi penelitian antara lembaga terbaik kita dan universitas terbaik kita. Dan apa yang tentu saja dilakukan Monash di Indonesia, dan rencananya untuk dilakukan di masa depan, adalah petunjuk yang sangat menarik ke masa depan.

Pariwisata akan membutuhkan waktu untuk dibangun kembali. Indonesia adalah negara kedua yang paling disukai di dunia, tujuan wisatawan Australia. Yang lainnya adalah Selandia Baru. Dan kita perlu membangunnya kembali.

Tentu saja kami perlu menunggu waktunya hingga perbatasan bisa dibuka kembali. Tapi begitu mereka bisa, dengan aman, sudah ada banyak orang Australia yang telah membuat rencana untuk dapat kembali berinteraksi dengan tempat favorit mereka di dunia, untuk alasan yang jelas, Bali. Kami perlu mengajak lebih banyak orang Australia keluar dari Bali, dan membuat mereka mengunjungi bagian lain Indonesia yang indah, dan itu adalah sesuatu yang perlu kami lakukan lebih banyak lagi.

Secara budaya, COVID-19 berdampak besar pada komunitas budaya di kedua negara. Dan kami telah kehilangan beberapa momen dan pertukaran di beberapa area budaya. Kami telah melakukan yang terbaik untuk menjaga agar semuanya tetap berjalan.

Saya telah membuka empat atau lima pameran seni yang berbeda selama enam-tujuh bulan terakhir, dan acara budaya lainnya pada khususnya. Agar kami tidak kehilangan momentum. Saya telah melakukan semua itu secara virtual dengan pihak lain untuk mencoba dan mempertahankan upaya itu. Tapi kita harus melipatgandakan dan berbuat lebih banyak untuk membangun kembali beberapa di antaranya.

Dan saya akan menyimpulkan dengan menyebutkan hubungan antaragama.

Baik Perdana Menteri Morrison maupun Presiden Widodo, dan mantan Perdana Menteri Malcolm Turnbull menjadikan ini sebagai prioritas keterlibatan kami, dengan komitmen pribadi langsung yang dibawa oleh masing-masing pemimpin kami untuk itu. Kami memulai dialog antaragama secara resmi, dua tahun lalu di Bandung. Dan kami ingin melanjutkannya secepat mungkin, bahkan jika harus melakukannya secara virtual.

Saya melakukan percakapan beberapa hari yang lalu dengan Menteri Agama Indonesia yang baru, dan kami akan mengerjakannya sebagai komitmen selama beberapa bulan ke depan. Ini adalah wilayah di mana kami di Australia jelas harus banyak belajar dari pengalaman Islam Indonesia. Dan kami ingin memahami Islam. Sebagai negara dengan populasi Muslim yang relatif kecil, kami ingin memahami Islam. Maka Anda harus banyak mengajari kami tentang hal ini, dan kami memiliki keinginan yang kuat untuk belajar lebih banyak di bidang ini.

Tidak diragukan lagi, kami perlu melipatgandakan upaya kami, terutama dalam hal hubungan antar-masyarakat. Dan di situlah Anda, yang berpartisipasi hari ini, juga sangat penting. Karena saya berharap Anda dapat terus menjadi, bukan hanya pengamat yang tertarik dalam diskusi tentang kedua negara kita dan ke mana kita akan pergi, dan merencanakan masa depan yang lebih baik bersama. Tapi Anda bisa menjadi Duta yang sangat aktif dalam memperluas jangkauan orang-orang yang kami butuhkan untuk terlibat dalam apa yang kami lakukan di antara kedua negara.

Karena kesuksesan Indonesia adalah kesuksesan Australia, saya mengutip Perdana Menteri kita disini. Itu benar sekali, dan kami terhubung secara historis sejak kemerdekaan. Pendukung terkuat Anda di Indonesia untuk kemerdekaan Indonesia. Dan kami akan selalu begitu.

Jadi, saya berharap untuk dapat terus bekerja, untuk waktu yang singkat tahun ini sebelum saya menyelesaikan waktu dinas penugasan saya tahun ini. Penugasan tiga tahun saya. Tapi saya berharap untuk mencoba untuk menyambungkan beberapa utas lagi, bekerja dengan Monash pada khususnya, dan center, dimana saya sangat senang dapat terlibat dengan cara ini selagi saat kita memetakan masa depan itu.

Jadi terima kasih, dan saya harap Anda mengikuti diskusi yang baik hari ini dengan beberapa pertanyaan itu.

Terima kasih.