Transkrip program Radio Kookaburra:
Kolaborasi Artis Teater dan Konferensi Pemuda
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Slamet Rahardjo Djarot, Aktor dan Sutradara Teater Populer; Mohamad Ichsan Kamil, Ketua Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia: Ahmad Males, Peserta Muslim dari Sydney, Australia; Dr Rob Goodfellow, Cultural Consulting
Pembaca Terjemahan: Luhur Aryoko
MUBAROK: Aktor dan sutradara Teater Populer, Slamet Rahardjo Djarot, berkolaborasi dengan Robert Draffin, seorang Pendidik dan Sutradara Teater Liminal, Melbourne, Australia, guna menggarap pertunjukkan Kisah 1001 Malam di Jakarta.
Kisah 1001 Malam adalah cerita klasik tentang Shahrazad, seorang pengantin wanita muda yang berjuang untuk menyelamatkan diri dari eksekusi hukuman mati dengan menuturkan cerita menarik. Karena ingin mendengar akhir kisahnya, Sang Raja terus menunda pelaksanaan eksekusi tersebut selama 1001 malam dan terkumpulah cerita yang dikenal dengan “Kisah 1001 Malam.”
Slamet Rahardjo mengatakan, kolaborasi ini terjadi karena kesadaran bahwa studi banding sangat penting bagi seorang seniman.
SLAMET RAHARDJO DJAROT: Dalam hal ini para pekerja-pekerja kreatif itu menganggap bahwa pertukaran pemikiran, pertukaran gagasan, atau pertukaran wawasan menjadi sangat penting.
MUBAROK: Dari kolaborasi ini lahirlah Kisah 1001 Malam versi Slamet Rahardjo.
SLAMET RAHARDJO DJAROT: Sebenarnya bukan versi Slamet Rahardjo, tetap versi kami berdua ya, karena kami menggunakan naskahnya Draffin tetapi saya mohon Draffin untuk melihat apa yang sebenarnya menjadi pola pikir dan menjadi pegangan kultur dari orang Indonesia, nah khususnya dalam hal ini Jawa ya.
MUBAROK: Apakah ada yang menarik selama kolaborasi ini berlangsung?
SLAMET RAHARDJO DJAROT: Ada, ada. Pengertian aktor di Indonesia itu kan dia belum hidup dari profesinya. Nah kadang-kadang mengatur jadwal ini susah karena aktor-aktor kita juga sebetulnya punya pekerjaan di luar bukan? Nah jadi, ini unik bagi dia itu bahwa artis Indonesia tidak bisa hidup dari dunianya.
MUBAROK: Sementara itu, di Yogyakarta juga telah berlangsung kolaborasi lain antara para pemuda Indonesia dan Australia dalam sebuah konferensi kepemimpinan dengan tema Hearts and Minds atau Pikiran dan Perasaan.
Konferensi ini adalah kolaborasi antara Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Universitas Gajah Mada, Forum on Australia’s Islamic Relation (FAIR) dan Cultural Consulting, didukung oleh Lembaga Australia-Indonesia (AII).
Menurut koordinator konferensi Ali Amin, konferensi yang dihadiri oleh 31 peserta, 10 di antaranya dari Australia ini, memberikan bekal kepemimpinan bagi pemuda-pemudi kedua negara.
ALI AMIN: Mereka semua ya di-training, diberi workshop. Mereka juga berdiskusi tentang wawasan-wawasan kepemimpinan masa depan dan juga wawasan-wawasan multiculturalism. Di situ juga melibatkan bagaimana berdialog antar kultur juga berdialog antar agama.
MUBAROK: Mohamad Ichsan Kamil adalah peserta dari Banten yang juga Ketua Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia. Ichsan mengatakan ini adalah kegiatan yang menarik baik bagi para peserta Indonesia maupun peserta Australia.
MOHAMAD ICHSAN KAMIL: Teman-teman Australia ini kan semuanya Muslim ya. Mereka kebetulan banyak imigran, yang hidup di Australia yang mereka punya latar belakang tapi mereka bangga menjadi seorang Australia tanpa meninggalkan ethnicity mereka, identity mereka dan itu yang buat kami sangat menarik.
MUBAROK: Sedangkan menurut Ahmad Males, peserta berusia 26 tahun dari Sydney, Australia, konferensi ini memberikan landasan guna menjalin persahabatan yang kuat bagi kedua tetangga.
AHMAD MALES: During this conference we have built very strong friendship and relationship between us and the Indonesian participants ….
TERJEMAHAN: Selama konferensi ini, kami membangun hubungan dan persahabatan yang kuat antara kami dan teman-teman dari Indonesia. Kami sampai pada pemahaman yang sama tentang bagaimana kami bisa bekerja sama.
Kami telah melakukan tukar-menukar alamat email, jadi hubungan selanjutnya akan banyak dilakukan melalui email.
MUBAROK: Melalui komunikasi seperti email atau internet, persahabatan di antara para calon pemimpin masa depan kedua bangsa ini akan terus terjalin di masa mendatang. Hal ini diyakini konsultan kebudayaan dari Australia, Dr Rob Goodfellow.
DR ROB GOODFELLOW: Saya percaya ini bukan tentang hari ini atau besok, itu untuk mungkin dua puluh tahun yang akan datang. Bisa berteman sekarang akan tetap berteman dan akan membantu masing-masing selama hidup.
MUBAROK: Kegiatan kolaborasi artis teater dalam Kisah 1001 Malam dan konferensi Hearts and Minds ini didukung oleh Lembaga Australia-Indonesia (AII).
Selama dua dasawarsa terakhir, AII telah memainkan peran unik dan vital dalam mengembangkan persahabatan dan pemahaman antara Australia dan Indonesia melalui proyek-proyek seni, musik, pendidikan, kepemudaan, masyarakat madani, antar-agama, media dan olah raga.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode Juni 2009. Pemenang akan diumumkan pada bulan mendatang.
Pertanyaan quiz untuk periode Juli 2009 adalah sebagai berikut: Berapa kira-kira jumlah penduduk Australia saat ini? Apakah A 22 juta atau B 220 juta jiwa?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.
Jawaban ditunggu hingga 31 Juli 2009 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
Juni 2009