Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Script Radio - Mengenal Islam di Australia

Transkrip program Radio Kookaburra:
Mengenal Islam di Australia

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Cucu Surahman, Dosen UIN Jakarta; Mohammad Hasan Basri, Peneliti Pusat Kajian Fikih dan Masyarakat (CFSS) Yogyakarta; Muhammad Subhan Setowara, Peneliti Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang; Mohammed El-Leissy, Centre for Multicultural Youth, Melbourne
Terjemahan: Luhur Aryoko, Kedutaan Besar Australia

Download file MP3


MUBAROK: Australia adalah masyarakat multikultur dengan penduduk berasal dari lebih 200 negara di dunia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2006, terdapat lebih dari 340,000 penduduk Muslim di Australia, 129,000 di antaranya lahir di Australia dan sebagian lainnya lahir di luar Australia.

Sejak tahun 2002, Lembaga Australia Indonesia (AII) menyelenggarakan program pertukaran bagi para tokoh muda Muslim Australia dan Indonesia untuk mendorong persahabatan yang erat di antara bangsa kedua negara. Tahun ini sebanyak 10 tokoh muda Muslim Indonesia telah berkunjung ke Australia dan lima tokoh muda Muslim Australia telah berkunjung ke Indonesia. Mereka adalah para tokoh muda Muslim yang berupaya untuk lebih mengenal tetangga dekatnya.

Cucu Surahman adalah staf pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alumni Pondok Pesantren Darussalam, Ciamis, Jawa Barat ini adalah peserta program pertukaran Muslim yang baru kembali dari Australia.

CUCU SURAHMAN: Saya melihat warga Australia memang majemuk ya dan kemajemukan itu lebih kepada perbedaan nationality. Kebanyakan warga Australia itu kan imigran ya. Kemudian secara khusus untuk masyarakat Muslim-nya, saya melihat bahwa masyarakat Muslim, walaupun di sana sangat sedikit, tetapi mereka bisa mengekspresikan apa yang mereka yakini, apa yang mereka ingin aktualisasikan, dan lain sebagainya.

MUBAROK: Australia dan Indonesia adalah dua bangsa yang sama-sama majemuk atau beragam, namun menurut Cucu kedua masyarakat ini memiliki komposisi yang berbeda.

CUCU SURAHMAN: Kalau saya melihat, di Indonesia itu keberagaman itu lebih disebabkan karena kesukuan, gitu, nah Australia itu lebih karena perbedaan kenegaraan, dari mana mereka berasal gitu. Contohnya, misalnya, besaral dari Pakistan, Afganistan, Turki, Libanon, itu untuk kasus Muslim, misalnya.

MUBAROK: Saat ini Islam banyak dikaji oleh kalangan akademis di Australia. Mohammad Hasan Basri adalah putra Pamekasan, Madura, Jawa Timur, dan aktif di Pusat Kajian Fikih dan Masyarakat (CFSS) Yogyakarta.

MOHAMMAD HASAN BASRI: Secara akademis, kajian keagamaan di sana, terutama kajian Islam, makin marak juga, misalnya di Melbourne, karena ada National [Centre] of Excellence [for] Islamic studies. Terus di Sydney, itu di Sydney University, itu ada beberapa professor dan dosen yang juga menerima mahasiswa walaupun bukan di Islamic studies, tapi mereka bisa mengambil beberapa mata kuliah dan juga bisa ikut kuliah Islamic studies di sana.

MUBAROK: Selain dikaji di perguruan tinggi, Islam di Australia juga dibina melalui organisasi, meskipun organisasi Muslim di Australia sedikit berbeda dengan di Indonesia. Menurut Muhammad Subhan Setowara dari Kupang, Nusa Tenggara Timur ...

MUHAMMAD SUBHAN SETOWARA: ... organisasi Muslim di Australia cenderung open mind, terbuka gitu, cenderung punya kesediaan untuk berdialog dengan komunitas yang berbeda. Nah, kalau di Indonesia, menurut saya, ya mungkin karena komunitas Muslim mayoritas sehingga merasa bahwa dialog menjadi sesuatu yang tidak mutlak gitu.

MUBAROK: Subhan bangga dapat menyaksikan bagaimana Islam berkembang di Australia. Kebanggaan serupa juga dirasakan oleh para peserta Muslim Australia saat mereka berkunjung ke Indonesia.

Mohammed El-Leissy adalah salah seorang peserta pertukaran Muslim dari Australia, berusia 24 tahun. Selain sebagai mahasiswa, Mohammad juga aktif dalam berbagai organisasi politik dan pemuda, serta radio komunitas di Melbourne.

MOHAMMED EL-LEISSY: I think the general consensus is that Indonesia is leading in the Muslim world in moving forward….

TERJEMAHAN: Saya rasa, kesepakatan umum adalah bahwa Indonesia paling maju di dunia Muslim dalam banyak hal dan saya rasa ini sesuatu yang dapat saya jadikan bekal saat kembali ke Australia.

MUBAROK: Islam di Australia memiliki sejarah panjang dan bervariasi yang diperkirakan telah hadir sebelum kedatangan pemukim dari Eropa.

Muslim dari Indonesia timur telah berkunjung ke Australia dan membangun hubungan dengan daratan ini sejak abad ke 16 dan 17.

Jumlah masyarakat Muslim di Australia meningkat dengan pesat setelah Perang Dunia Kedua. Sejak dekade 1970an, masyarakat Muslim Australia mulai membangun banyak mesjid dan sekolah Islam, dan memberi sumbangsih yang dinamis terhadap rajutan multikultur bangsa Australia.

Saat ini sebagian besar masyarakat Muslim Australia terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS tentang nama Perdana Menteri Australia sekarang. Jawaban yang benar adalah Kevin Rudd, K-E-V-I-N R-U-D-D, dan pemenangnya adalah: EKO di Kediri, ANTONIUS KELANIT Merauke, ISWAHYUDI Tuban, REFI RANTO ROZAK Bojonegoro, dan TRIMELDA MEILIANA di Medan.

Pertanyaan quiz untuk periode Agustus 2009 adalah sebagai berikut: Setiap tanggal berapa Australia Day atau Hari Australia dirayakan?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.

Jawaban ditunggu hingga 31 Agustus 2009 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Juli 2009