Transkrip program Radio Kookaburra:
Komunitas Muslim Indonesia di Australia
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Dr Suparto, Penerima Endeavour Research Fellowship
MUBAROK: Komunitas Muslim Indonesia di Australia membawa warna tersendiri ke dalam masyarakat Australia yang multikultural. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2006, di Australia terdapat lebih dari 8600 Muslim yang berasal dari Indonesia.
Kehidupan ummat Islam Indonesia di Australia mendapat perhatian khusus Dr Suparto, dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang juga penerima beasiswa penelitian Australia, Endeavour Research Fellowship.
Melalui penelitiannya, Pak Parto yang berasal dari Tegal ini, mencoba memetakan bagaimana kehidupan ummat Islam Indonesia di Australia, sebagai masyarakat yang berada jauh dari tanah airnya.
DR SUPARTO: Jadi saya melihat mengenai bagaimana konsep identitas. Mereka merasa sebagai orang Indonesia di satu sisi dan di sisi lain mereka juga merasa ada di Australia sehingga mengadopsi identitas Australia. Jadi ke-Indonesiaan dan ke-Islaman, plus ke-Australiaan mereka.
MUBAROK: Dr Suparto mengatakan bahwa masyarakat Muslim Indonesia di Australia tidak ingin lepas dari memori mengenai Indonesia ketika mereka harus meninggalkan kampung halamannya nun jauh di bagian utara. Dr Suparto terutama mengamati Muslim Indonesia yang tinggal di Melbourne, Victoria.
DR SUPARTO: Jadi memori mengenai Indonesia, sehingga mereka ingin membawa memori itu dan dibangun di Australia, sehingga bisa dilihat dari kebiasaan mereka pada sisi makanan itu luar biasa. Mereka masih fanatik sekali dengan nasi, ya, terutama.
Kemudian juga, um, toko-toko makanan Indonesia, juga banyak sekali, dan geray-geray makanan, warung-warung makan di Melbourne, ada warung makan Nelayan, warung makan Es Teller 77, Sate Square, warung makan Java, Gudeg Yogya, sehingga ini merupakan memori, ketika mereka jalan-jalan di luar negeri mereka merasa bahwa ada taste ada rasa mengenai Indonesia. Itu pada satu makanan. Makanan juga merupakan bagian dari memori mereka.
MUBAROK: Menurut Dr Suparto ummat Islam Indonesia di Australia juga berusaha mempertahankan memori-memori tanah airnya melalui aksesoris di rumah, seperti memajang beberapa artefak atau suvenir-suvenir Indonesia.
DR SUPARTO: Lagi-lagi fanatik terhadap memori tentang Indonesia, mereka memasang antena parabola untuk senantiasa menikmati suguhan acara-acara televisi Indonesia yang bisa ditangkap, Metro TV, SCTV, RCTI, Global, itu bagi mereka adalah satu hubungan erat untuk memajang atau mengawetkan memori mengenai Indonesia. Itu pada generasi awal yang saya lihat seperti itu.
Belum lagi kegiatan-kegiatan ya, dalam sisi organisasi. Misalnya di Melbourne sini ada banyak organisasi Indonesia, di antaranya Perwira (Persatuan Warga Indonesia di Australia), atau IKWIA (Ikatan Keluarga Warga Indonesia-Australia), ada juga IMCV (Indonesian Muslim Community of Victoria) dan berbagai organisasi student yang mengadakan organisasi kemahasiswaan, seperti MIIS (Monash Indonesian Islamic Society) kemudian pengajian Brunswick yang notabene dikelola oleh mahasiswa-mahasiswa dari Melbourne University dan juga ada pengajian Victoria yang dikelola oleh anak-anak mahasiswa di Victoria University.
Ada juga pengajian dalam bentuk etnis, ini juga memori, yang mereka bangun untuk merasa ada di tanah air mereka meskipun secara diasporic mereka ada di Australia. Itu seperti pengajian Sulit Air Sepakat, itu adalah pengajian yang dimiliki oleh orang-orang Sulit Air, satu daerah berasal dari Sumatera Barat.
Jadi, isu memori sangat, sangat menarik di sini. Belum dari masalah bahasa yang diwariskan kepada anak-anaknya, meskipun pada saat sekarang ini, generasi kedua, mereka sudah mixed pada sisi bahasa.
MUBAROK: Apa ide awal sehingga Bapak tertarik untuk mengamati masyarakat Indonesia di Australia?
DR SUPARTO: Saya melihat bahwa Australia ini ‘kan sebuah negara yang sangat multi kultural, di mana masyarakatnya secara kultural ini sangat kasat mata, terutama ketika saya naik bus misalnya. Itu akan terdengar ada orang ngomong bahasa Cina, ada ngomong dengan bahasa yang lain, Inggris, Jepang, ada yang berbahasa Jawa, Tegal seperti saya. Itu kemudian saya merasa bahwa di sinilah ada perbedaan-perbedaan di samping secara teoritis bahwa di mana masyarakat minoritas itu berada maka identitas kultural itu akan sangat kentara.
Nah di situ, saya mendapatkan ide, bagaimana sih menerjemahkan identitas bagi sebuah kelompok masyarakat yang jauh dari tanah airnya. Dan bagaimana hubungan mereka yang masih senantiasa dijaga terhadap homeland mereke, negeri tanah air mereka
Dan lebih khusus lagi adalah bagaimana perkembangan Islam di Australia terutama di kalangan masyarakat Indonesia. Islam Indonesia ini sangat menarik di Australia terutama ketika banyak terjadi kawin campur antara orang lokal Australia, ya, bule dengan orang Indonesia, sehingga kemudian pertumbuhan Islam cukup bagus dan kemudian untuk kebebasan beragama juga cukup bagus.
Kenapa kemudian saya menyentuh Islam, karena ketika saya mahasiswa, ternyata isu makanan halal, itu menjadi sesuatu yang sangat krusial. Coba bandingkan ketika saya tinggal di Indonesia, tak pernah terlintas atau terfikirkan bahwa daging ini halal, sate ini halal, tetapi begitu sampai ke Australia, ini sesuatu yang cukup penting dimunculkan.
Nah saya melihat bahwa ada korelasi bahwa identitas ke-Musliman juga sangat menarik untuk dilihat. Bahwa sesuatu yang tidak terpikirkan ketika kita berada di tanah air, begitu jauh dari tanah air, ada hal-hal yang unik. Itu pak Mubarok.
MUBAROK: Bagaimana kesan anda tentang Australia setelah tinggal di sana?
DR SUPARTO: Ok, saya tinggal di Australia dari 1999, ya, bolak-balik, bolak-balik, sampai sekarang kunjungan ini. Saya merasa satu hal yang saya bisa ambil positifnya. Yaitu bahwa kesan pertama masyarakat Australia itu masyarakat yang friendly, dalam arti bahwa mereka itu sangat bersahabat ya, dan tidak kagetan ketika mereka harus melihat warna warni budaya, ekspresi budaya manapun itu, um, mereka lihat sebagai sesuatu lumrahan. Karena di berbagai kota, itu mereka terbiasa untuk membuat event-event kebudayaan.
Itu satu hal bahwa pluralitas, heterogenitas itu, itu terbiasa, dan kita tidak kaget. Kita tidak eksklusif, menerima apa adanya, bahkan ekspresi agama, orang berkerudung di Australia, baik di ranah formal seperti sekolahan maupun perkantoran, itu adalah hal lumrah.
Kemudian kedua bahwa budaya tepat waktu menjadi satu hal yang positif yang bisa kita adopsi di Indonesia ya. Kalau di Indonesia kan, kalau kita ketemu, sori ya macet, kalau di sini bisa, bisa diatur sedemikian rupa sehingga budaya disiplin itu ada. Ya mungkin, itu aspek-aspek kecil yang saya lihat sangat bagus Pak, yang, yang saya sangat berkesan itu.
MUBAROK: Muslim Indonesia adalah bagian dari sejarah awal perkembangan Islam di Australia. Sejak abad ke-enambelas dan tujuhbelas, para pedagang dan nelayan Makassar telah berlayar hingga wilayah pesisir utara Australia; termasuk Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Mereka berdagang dengan Penduduk Asli Australia dan mencari teripang sebagai makanan yang mereka jual laris di pasar Cina.
Endeavour Research Fellowships adalah program beasiswa untuk mengadakan penelitian selama empat hingga enam bulan di Australia, bagi para mahasiswa S2 dan S3 serta mereka yang telah mengantongi gelar doktor, dari berbagai negara termasuk Indonesia. Beasiswa ini juga tersedia bagi mahasiswa Australia untuk mengadakan riset di luar negeri.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab pertanyaan quiz SMS pada dua periode yang lalu. Quiz untuk periode Agustus tentang tanggal perayaan Hari Australia atau Australia Day dengan jawaban yang benar adalah 26 Januari, dimenangkan oleh DODY PRAYOGI dari Semarang.
Sedangkan Quiz untuk periode September tentang jumlah negara bagian di Australia, dengan jawaban yang benar adalah enam negara bagian, dimenangkan oleh MUTMAINAH dan LUQMAN SIDIK dari Bandung.
Pertanyaan quiz untuk periode November 2009 adalah sebagai berikut: Di kota manakah di Australia terdapat gedung opera atau opera house yang sangat terkenal?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.
Jawaban ditunggu hingga 30 November 2009 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
Oktober 2009
RS091041