Transkrip program Radio Kookaburra:
Peluncuran Buku Panduan Pengelolaan Seni
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Amna S Kusumo, Direktur Yayasan Kelola, Jakarta; Iman Soleh, Komunitas Celah Celah Langit, Bandung
MUBAROK: Yayasan Kelola bekerja sama dengan Asialink dan Ford Foundation baru-baru ini meluncurkan buku panduan bagi para seniman dan menajer seni di Indonesia.
Ada tiga buku panduan singkat yang diterbitkan yang masing-masing berjudul Pameran Keliling – Sebuah Panduan Praktis untuk Galeri dan Museum Seni Indonesia, Panduan Pengembangan Budaya Masyarakat dan buku ketiga berjudul Perencanaan dan Pengelolaan Event dan Festival.
Sebagai lembaga nirlaba yang berdiri sejak 1999, Yayasan Kelola berupaya mendorong pertumbuhan seni di Indonesia melalui pembelajaran, akses ke informasi dan akses ke dana, sebagaimana disampaikan Direktur Yayasan Kelola, Amna S Kusumo.
AMNA S KUSUMO: Buku ini adalah salah satu hal yang kami kerjakan yang terkait dengan akses pembelajaran, karena manajamen seni di Indonesia merupakan sesuatu yang belum terlalu berkembang, sehingga kami merasa perlu mengisi kesenjangan yang ada itu bagi pekerja-pekerja seni dengan meluncurkan buku ini.
MUBAROK: Bagaimana cara pendistribusian buku ini?
AMNA S KUSUMO: Kami punya network yang cukup besar. Jadi memang buku ini nanti akan dikirimkan kepada kantong-kantong kesenian, kepada sekolah tinggi seni, kepada seniman yang berminat yang ada dalam network kami.
Tapi orang yang berada di luar itu, misalnya, yang ingin mendapatkan buku ini, silakan. Mungkin bisa kirim email ke Kelola, [email protected], meminta bukunya dan kami bisa mengirimkannya juga.
MUBAROK: Buku panduan seni saat ini sangat dibutuhkan oleh para seniman di Indonesia, paling tidak menurut seorang pakar seni dari Bandung.
Iman Soleh adalah seniman teater dari Komunitas Celah Celah Langit yang tahun lalu tampil di Australia bersama perwakilan masyarakat seni dari tujuh negara di dunia.
IMAN SOLEH: Salah satu kelemahan terbesar dari banyak komunitas kesenian, baik komunitas seni pertunjukkan maupun seni rupa dan sastra adalah manajemennya. Peluncuran buku ini menarik sekali. Dan saya pikir harus diworkshopkan ke beberapa kelompok dan komunitas di beberapa provinsi di Indonesia.
MUBAROK: Kerja sama Yayasan Kelola dengan Asialink telah berlangsung lama. Menurut Amna, kerja sama tersebut telah mendorong hubungan yang erat antara seniman kedua negara.
AMNA S KUSUMO: Kami bekerja sama dengan Asialink sepuluh tahun. Dan selama sepuluh tahun itu mungkin lebih dari 25 orang Indonesia yang kemudian pergi ke Australia untuk mengadakan residensi di sana - ada yang seniman, ada yang art manager.
Jadi hubungan ini kami bangun bertahun-tahun.
MUBAROK: Setiap tahun Asialink juga mengirim sejumlah seniman dan manajer seni dari Australia untuk mengikuti program residensi di Asia, termasuk Indonesia yang didukung oleh Lembaga Australia Indonesia.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang jumlah penduduk Muslim di Australia. Jawaban yang benar adalah B. 400 ribu, dan pemenangnya adalah: HARTINI dari Tuban, ARBIANSYAH dan Mahar, ROMA dari Banyuwangi, IRUL dari Tuban dan YUNI TOME dari Flores.
Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apakah nama senjata berburu tradisional Australia yang bisa kembali bila anda lemparkan?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.
Jawaban ditunggu hingga 27 Mei 2010 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
April 2010
RS100417