Transkrip program Radio Kookaburra:
Profil Alumni Australia Najwa Shihab
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Najwa Shihab, Jurnalis dan Presenter Televisi
MUBAROK: Najwa Shihab adalah nama yang tidak asing bagi pemirsa televisi nasional Indonesia. Terkenal sebagai pembawa program berita dan talkshow di Metro TV, ia kini tampil dalam program talkshow politik dengan mengambil nama sendiri Mata Najwa.
Menjelang akhir 2008, Najwa memperoleh penghargaan beasiswa Australian Leadership Award dan Allison Sudradjat Award dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana Bidang Hukum di Universitas Melbourne, Australia. Ia adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2000.
Najwa memperoleh penghargaan Australian Alumni Award tahun ini sebagai pengakuan atas dedikasinya kepada jurnalisme bermutu dengan fokus pada masalah-masalah aktual dan debat politik nasional dengan standar jurnalistik dan profesionalisme yang tinggi.
Najwa mengaku sangat terhormat mendapatkan penghargaan Australian Alumni Award tahun ini.
NAJWA SHIHAB: Alhamdulillah senang banget, terutama karena sebetulnya merasa belum banyak berkiprah sejak lulus. Saya lulus baru tahun lalu dari Melbourne Law School. Setahun jadi alumni dan alhamdulillah sudah dapat recognition penghargaan Australian Alumni Award. Jadi sedikit overwhelmed [banjir perasaan] dengan penghargaan ini.
MUBAROK: Lahir di Makassar tahun 1977, Najwa adalah puteri kedua keluarga Quraisy Shihab. Ia memulai karir jurnalistik pada tahun 2000 ketika bergabung dengan RCTI.
Menurutnya, saat ini media massa di Indonesia tidak jauh berbeda dengan media massa di Australia dalam hal kebebasan pers, kecuali pers di Australia sudah lama berkembang dan sudah matang. Najwa berbicara tentang media massa komersial.
NAJWA SHIHAB: Tantangannya juga sama kalau saya lihat di Australia maupun di Indonesia, bagaimana pressure [tekanan] industri membuat harus ada kompromi yang dilakukan. Bicara media televisi selalu berada dalam situasi tuntutan pasar dan juga tuntutan keinginan untuk meng-educate [mendidik] publik.
Mencari keseimbangan, kalau TV, antara rating yang tidak selalu sama dengan kualitas acara, kita masih struggling [berjuang] di situ dan saya lihat isu itu juga dialami di Australia dan juga negara-negara maju lainnya.
MUBAROK: Program Mata Najwa baru mulai tayang beberapa bulan lalu. Menurutnya program ini adalah karya terbesar dalam kehidupan karirnya dalam dunia jurnalisme.
NAJWA SHIHAB: Sebetulnya salah satu hal yang saya syukuri juga dari kepergian saya, away from Jakarta, waktu itu untuk ke Melbourne, Australia, memungkinkan saya untuk bisa berfikir soal program Mata Najwa ini.
Kesempatan untuk brainstorming [mengumpulkan ide], mencari format yang pas dan sebagainya itu banyak saya lakukan ketika saya di Melbourne. Program Mata Najwa ini sendiri baru jalan kurang lebih empat-lima bulan terakhir ini.
Pada dasarnya Metro TV itu memberikan kesempatan kepada anchor-anchor [para pembawa acara berita] senior untuk punya program sendiri. Sebelumnya ada Kick Andy yang lebih ke human interest [cerita kemanusiaan], kemudian ada juga Just Alvin yang lebih ke hiburan.
Nah saya, basis saya memang politik dan hukum, current affairs, current issues. Soal-soal politik, isu-isu hangat yang terjadi selama sepekan, itu yang kemudian saya angkat di Mata Najwa.
MUBAROK: Apa yang paling berkesan atau menarik belajar di Australia?
NAJWA SHIHAB: Yang paling menonjol tentunya fasilitasnya yang luar biasa. Saya sangat terkesan dengan, kalau di Melbourne Law School, library-nya [perpustakaan] yang luar biasa. Jadi fasilitas terhadap kekayaan ilmu itu tidak ada duanya. Itu yang nomor satu.
Yang lain lagi juga mungkin kemampuan. Karena saya belajar di Law School, yang saya dapat bukan hanya ilmu murni hukumnya tetapi juga environment untuk sharpen my analytical skills, jadi skill untuk menganalisa suatu persoalan. Saya belajar lebih bagus, lebih baik, bagaimana cara mengembangkan argumen yang berdasarkan step-step logika.
Nah dalam pekerjaan saya sebagai jurnalis, kemampuan untuk bisa menganalisa sesuatu, mengembangkan, beradu argumen dengan orang terutama sebagai talkshow host, apalagi politik, itu sangat membantu saya.
MUBAROK: Australian Leadership Awards adalah salah satu program beasiswa dari Pemerintah Australia bagi para pemimpin atau mereka yang berpotensi untuk mengusung peran kepemimpinan di kawasan Asia-Pasifik.
Mulai tahun 2008, empat peringkat teratas dari penerima beasiswa Australian Leadership Awards (ALA) juga akan dianugerahi Allison Sudradjat Award. Penghargaan ini diberikan untuk mengenang mantan Kepala Perwakilan AusAID Indonesia, Allison Sudradjat, yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta pada Maret 2007.
Informasi beasiswa dari Pemerintah Australia dapat diperoleh melalui situs www.australiaawards.gov.au
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang nama senjata berburu tradisional Australia yang bisa kembali bila anda lemparkan. Jawaban yang benar adalah Boomerang, dan pemenangnya adalah: OKTARINA IKA dari Pekanbaru, DINA MARIANA dari Medan, MIQDAMUL KHUZNI dari Tuban, AMIATI dari Tabalong dan SUHADRAHMAN dari Lombok Tengah.
Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Ada berapa jumlah bintang pada bendera Australia? Apakah ada enam bintang atau delapan bintang?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.
Jawaban ditunggu hingga 28 Juni 2010 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
Mei 2010
RS100524