Transkrip program Radio Kookaburra:
Australia Calling
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Ravotti Achmad Asikin Natanegara, Fotografer; Charlotte Clayton Maramis, Penulis; Ratih Luhur, Pengusaha
MUBAROK: Terinspirasi oleh sebuah film dokumenter Indonesia Calling, Ravotti Achmad Asikin Natanegara dan Ratih Luhur, dua orang warga Indonesia di Australia membuat prakarsa Australia Calling untuk lebih mempererat persahabatan masyarakat Indonesia dan Australia.
Ravotti Achmad Asikin Natanegara adalah cucu dari Raden Asikin Natanegara, salah seorang anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia adalah fotografer yang telah menetap di Australia sejak 2008.
RAVOTTI: Australia Calling itu terinspirasi ketika Presiden SBY dalam kunjungan beliau ke Sydney dan berbicara di hadapan masyarakat Indonesia pada bulan Maret. Saya kebetulan meliput kegiatan itu dan saya merekam kejadian itu semua.
Presiden mengingatkan hubungan people-to-people. Terus terang ketika saya di Australia saya baru merasakan hubungan ini harus dibangun. Hubungan itu bukan saja harus melalui diplomasi, politiknya, tetapi juga budaya.
Oleh karena itulah saya mulai bangun karya saya dalam pameran [foto] saya bulan Februari 2010, ANGLE of my lens, yang memberikan kontras bagaimana Indonesia dengan Australia.
Itu yang mendasari inisiatif untuk membangun yang namanya Australia Calling. Saya dan Ratih Luhur membuat acara itu dan saya membawa Tante Lotti.
MUBAROK: Tante Lotti adalah panggilan akrab Charlotte Clayton Maramis seorang warga Australia yang menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia di Australia.
Charlotte yang kini berusia 83 tahun adalah seorang jurnalis dan penulis yang telah meluncurkan empat buku, tiga diantaranya tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia bercerita bagaimana asal mulanya berhubungan dengan warga Indonesia di Australia.
CHARLOTTE: Waktu saya umur 17 tahun saya kenal orang Indonesia yang di Australia. Ada banyak orang Indonesia waktu itu sebab Jepang sudah ada Perang Dunia kedua dan banyak orang kerja di kapal punya orang Belanda masuk di Australia sebab tidak bisa sail anymore because of bombing [tidak dapat berlayar lagi karena pengeboman].
Lantas kita kenal sama orang Indonesia. Mereka bicara banyak tentang struggle [perjuangan] buat independence [kemerdekaan], about Soekarno dan Dr Hatta, and Australians ada sympathy banyak. Lantas family saya ikut tolong.
MUBAROK: Charlotte menikah dengan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia Anton Maramis. Banyak kisah sejarah yang ia lalui bersama suaminya, termasuk ketika pertama kali ia datang ke Indonesia dan menjadi jurnalis.
CHARLOTTE: Waktu saya datang di Indonesia tahun 1949, waktu itu tidak ada surat kabar bahasa Inggris. Tahun 1954, Presiden Soekarno ingin membuat first Afro-Asian Conference. Tapi kalau tidak ada surat kabar bahasa Inggris, itu susah buat dunia semua bisa tahu bagaimana. Dia tanya sama Ibu Herawati Diah, dia jurnalis dan suaminya punya Merdeka Press.
Presiden Soekarno tanya dia, minta dari dia, dia bikinnya Indonesian Observer. Lantas dia panggil saya buat tolong dia, tapi saya waktu itu bukan jurnalis. Saya study, lantas jadi jurnalis. Saya kerja di situ buat empat tahun.
MUBAROK: Apa kesan yang paling mendalam tentang Presiden Soekarno?
CHARLOTTE: Presiden Soekarno itu Papa bagi semua. Sebab dia yang sacrifice [berkorban] banyak buat Indonesia bisa merdeka. Itu bukan gampang sebab beberapa kali dia masuk Dutch prison camp [penjara Belanda]. Dia punya hidup tidak bagus waktu itu, tapi dia mau merdeka, dia tidak give up [menyerah].
MUBAROK: Sementara itu, Ratih Luhur yang merupakan pengusaha sukses yang juga penggagas Australia Calling, mengatakan ia banyak belajar tentang kecintaan terhadap Indonesia dari Charlotte.
RATIH: Yang saya belajar banyak dari Tante Lotti adalah kecintaanya terhadap Indonesia. Sebagai orang keturunan Chinese di Indonesia, saya grew up [besar] di Australia dan kecintaan saya terhadap negara Indonesia itu terbangkit setelah saya kenal dengan Mas Ravotti dan Tante Lotti.
Sekarang saya kalau nonton film Indonesia Calling, saya merasa ingin nangis, terharu sekali dan juga bangga dengan perjuangan orang awam yang berhasil memberikan impact [dampak] yang sangat berbeda terhadap sejarah bangsa Indonesia. Itu misi kita.
MUBAROK: Kegiatan-kegiatan lain yang akan diselenggarakan dalam rangka Australia Calling antara lain ajang bisnis Australian Sourcing Fair di Melbourne pada 17-19 November dan balapan mobil Island Magic Race Tour di Phillip Island, Victoria, Australia, pada 24-29 November.
Menurut Ratih, Australia Calling Annual Convention pertama juga akan diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 2011.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang nama kota di Australia yang menjadi tempat penyelenggaraan Olimpiade 2000. Jawaban yang benar adalah Sydney, dan pemenangnya adalah: EVI dari Kediri, SUPRIYANTO dari Purwodadi dan NESTY dari Cilacap.
Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Didgeridoo adalah alat musik khas Penduduk Asli Australia. Apakah alat musik tersebut termasuk jenis alat musik tiup ataukah perkusi?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.
Jawaban ditunggu hingga 28 November 2010 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
Oktober 2010
RS101048