Transkrip program Radio Kookaburra:
Profil Alumni Australia Anang Prakasa
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Anang Prakasa, Pengarah Acara Metro TV
MUBAROK: Film and video adalah bidang utama Anang Prakasa, alumni Edith Cowan University di Perth, Australia Barat, yang saat ini bekerja sebagai program director atau pengarah acara di stasiun televisi.
Anang Prakasa lahir di Kediri, Jawa Timur. Ia melajutkan pendidikan sarjana di Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, mengambil jurusan Komunikasi, sebelum akhirnya melanjutkan ke program Magister dalam bidang Komunikasi di Australia pada 2002, dengan dukungan biaya dari orang tuanya.
ANANG PRAKASA: Pendidikan waktu di Perth itu sangat membantu sekali dalam pekerjaan saya karena waktu itu banyak training-training atau kurikulum yang practical tapi kita juga disuruh memperdalam tentang teorinya juga.
MUBAROK: Australia merupakan tujuan utama bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri. Saat ini terdapat lebih dari 17.000 pelajar Indonesia di Australia termasuk mereka yang memperoleh beasiswa dari Pemerintah Australia.
Anang bercerita bagaimana ia berupaya mencari tahu tentang kuliah di Australia, termasuk melihat-lihat beberapa pilihan program studi melalui internet dan berbicara dengan penyedia jasa konsultansi pendidikan internasional.
ANANG PRAKASA: Kebetulan waktu itu ada Pameran Pendidikan Australia di Jakarta. Saya datang ke situ, kebetulan ada perwakilannya langsung dari universitas di Australia.
Saya membawa dokumen-dokumen saya, ijazah, terus nilai TOEFL [Test of English as a Foreign Language] yang sudah pernah saya ambil dan mengisi aplikasi saat itu juga, dan kebetulan dipertimbangkan untuk diterima saat itu juga. Jadi setelah itu, sudah tinggal mengurus proses visa dan segala macam itu dan berangkat.
MUBAROK: Menurut Anang, kegiatan belajar di Australia sangat padat dengan tugas-tugas mingguan atau tengah semester, termasuk ujian tengah semester dan ujian akhir.
ANANG PRAKASA: Kebetulan karena saya mengambil film dan video, jadi banyak praktiknya, bikin film pendek, bikin dokumenter, bikin video clip. Jadi penuh sekali. Cuman saya lebih merasa nyaman dengan hal itu karena nasib kita tidak ditentukan cuma di akhir aja. Kayak kita menyusun rumah kartu itu, sudah disusun dari minggu pertama waktu perkuliahan.
Kemudian interaksi antara mahasiswa dan dosen itu sangat terbuka, sangat interaktif sekali. Sebenarnya kalau dari [segi] karakter, mahasiswa di mana pun meskipun dengan kultur yang berbeda, seperti di Australia lebih kultur barat, tetap saja tidak semuanya mau aktif di kelas.
Tapi dengan sistem dan suasana yang dibuat, di-maintain sama dosennya itu, akhirnya mau tidak mau semua mahasiswa harus aktif di kelas, kalau tidak [maka] itu berpengaruh pada penilaian, dengan hasil akhirnya juga.
MUBAROK: Apa karya yang sudah dihasilkan yang bisa membuat anda bangga?
ANANG PRAKASA: Satu hal yang pernah saya bikin sebuah film pendek, kebetulan itu tugas akhir saya, judulnya Radio 1945. Kemarin waktu ada Australian Alumni Student Short Film Festival, itu juga masuk di situ meskipun cuma screening di foyer room-nya. Itu menurut saya secara pribadi itu pencapaian saya tersendiri.
Selain itu ada juga bikin video clip. Dan kalau sekarang saya berkecimpung di dunia pertelevisian di Metro TV, saya memegang acara-acara yang multi camera. Ada namanya acara di Metro TV, Democrazy, Today’s Dialog, Economic Challenges, Mata Najwa, dan juga program-program reguler.
Saya merasakan ada semacam etos kerja yang terbangun untuk pribadi saya ketika di Australia, kerja sama antar tim. Kerja broadcasting ini kan teamwork sifatnya.
MUBAROK: Anang mengatakan, saat ini ia sedang memfokuskan diri kepada upaya bagaimana tayangan televisi itu bisa dinikmati orang dengan mudah dan membuat orang terhibur, tetapi orang juga mendapatkan sesuatu dari tayangan itu.
ANANG PRAKASA: Itu salah satu obsesi saya untuk membuat tayangan semacam itu.
MUBAROK: Australia juga memberikan kesempatan kepada warga Indonesia yang ingin menuntut ilmu di Australia melalui program beasiswa. Komitmen Pemerintah Australia kepada Kemitraan Australia Indonesia kini akan semakin kuat dengan meningkatnya jumlah penerima beasiswa di Indonesia hingga 500 orang per tahun menjelang 2014.
Bulan lalu sebanyak 20 calon pemimpin Indonesia telah dianugerahi penghargaan beasiswa Australian Leadership Awards 2011. Empat penerima terbaik juga memperoleh Allison Sudradjat Awards, sebagai bentuk penghormatan kepada mantan kepala program pembangunan Australia di Indonesia.
Aplikasi untuk putaran kedua beasiswa Endeavour Exective Awards 2011 kini dibuka dan akan ditutup pada 31 Januari 2011. Informasi lebih lanjut tentang beasiswa dari Pemerintah Australia tersedia di situs web www.australiaawards.gov.au.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang nama binatang khas Australia yang hidup di sekitar sungai dan berenang di air tawar. Jawaban yang benar adalah platypus, dan pemenangnya adalah: MARDIYYAH dari Samarinda, MASRUTIN dari Pariaman dan MARIA OCE dari Flores.
Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apakah sebutan resmi untuk tim sepak bola Australia? Apakah socceroos atau kangaroos?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.
Jawaban ditunggu hingga 30 Januari 2011 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
Desember 2010
RS101261