Transkrip program Radio Kookaburra:
Meningkatkan Kesiapsiagaan Warga di Kawasan Lereng Merapi
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Dr Matt Hayne, Direktur Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction; Dr Nicolas Warouw, Ketua Jurusan Antropologi Universitas Gajah Mada
MUBAROK: Almarhum Mbah Marijan tentu saja mempunyai peran budaya yang penting bagi warga Sleman, tetapi mungkin tidak demikian bagi warga yang tinggal di Boyolali, menurut Dr Nicolas Warouw dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Keselamatan jangka panjang bagi warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi menjadi fokus kemitraan baru antara Fasilitas Australia-Indonesia untuk Pengurangan Bencana (AIFDR) dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Australia melalui AIFDR akan menyalurkan bantuan senilai A$1,2 juta kepada Universitas Gadjah Mada untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, program rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah lereng Gunung Merapi.
Sebagai awal kemitraan ini, proyek hibah penelitian senilai A$350.000 telah diluncurkan untuk mengkaji pengetahuan lokal, kepercayaan serta cara hidup masyarakat setempat yang hasilnya akan digunakan sebagai panduan bagi strategi kesiapsiagaan dan rencana pemulihan kehidupan masyarakat di masa depan.
Ketua Jurusan Antropologi di Universitas Gajah Mada, Dr Nicolas Warouw, mengatakan penelitian ini akan melibatkan sekitar tiga puluh peneliti UGM termasuk ahli antropologi, jender dan arkeologi.
DR NICOLAS WAROUW: Kami merencanakan untuk mengadakan penelitian di 30 dusun, di kawasan lereng Merapi yang terletak di empat kabupaten: Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali.
Akan ada tujuh peneliti utama yang akan melakukan studi masing-masing. Ada studi tentang kepercayaan, organisasi sosial, sistem ekonomi lokal dan beberapa hal yang lainnya.
Kami juga melibatkan teman-teman dari arkeologi, karena kami menganggap ada banyak sekali artefak-artefak arkeologis di kawasan Merapi yang sebenarnya bisa mengungkapkan pengetahuan lokal dalam jangka waktu yang lama, bagaimana masyarakat beradaptasi dengan Merapi.
MUBAROK: Dr Nicolas Warouw mengatakan menginventarisasi pengetahuan-pengetahuan lokal itu sangat penting.
DR NICOLAS WAROUW: Adaptasi dengan Merapi ini bukan sekali jadi, ada proses yang panjang. Dan masyarakat sudah hidup lama dengan Merapi.
Setiap waktu, setiap keputusan menghasilkan proses adaptasi yang berubah-ubah dan itu kadang-kadang ada dokumen, ada prasasti dan segala macam.
MUBAROK: Menurut Dr Warouw penelitian ini dimaksudkan untuk melihat keanekaragaman budaya masyarakat yang tinggal di kawasan Gunung Merapi.
DR NICOLAS WAROUW: Sesuai juga dengan sifat dari arkeologi, yang kami cari adalah bukan generalisasi tapi justru untuk memetakan ke[aneka]ragaman.
Bagimana misalnya saja buat kita yang tinggal di Yogya, Mbah Marijan itu tentu saja punya signifikansi kultural buat mereka yang berasal dari Sleman. Tapi mungkin nama Mbah Marijan itu tidak akan bergaung buat warga yang tinggal di Boyolali, misalnya.
Oleh sebab itu kami mencoba untuk sebisa mungkin agar 30 dusun yang kami pilih cukup representatif untuk bicara mengenai ke[aneka]ragaman. Kita akan mencoba mencari apakah di Boyolali misalnya ada tokoh yang sekuat Mbah Marijan, yang mungkin saja tidak cukup beruntung di-cover [diliput] oleh media.
MUBAROK: Sementara itu, menurut Direktur Fasilitas Australia-Indonesia untuk Pengurangan Bencana (AIFDR), Dr Matt Hayne, pengurangan risiko bencana adalah tentang bagaimana kita berupaya agar masyarakat kita lebih tangguh dalam menghadapi bencana alam, bagaimana masyarakat, infrastruktur dan ekonomi merespon bencana.
DR MATT HAYNE: We work in colaboration with BNPB, faith-based organisations ....
TERJEMAHAN: Kami bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), organisasi keagamaan, universitas dan lembaga riset lainnya. Dengan demikian, program kami selalu dikembangkan melalui dan dengan pengetahuan dan sistem Indonesia.
MUBAROK: Dr Matt Hayne mengatakan Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan, oleh karena itu, kita perlu berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan keselamatan warga yang ingin menetap di kawasan tersebut.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang mata uang Australia. Karena sesuatu hal, mohon maaf, pemenang baru akan dapat kami umumkan pada periode berikutnya.
Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Australia saat ini dipimpin oleh seorang perdana menteri perempuan. Siapakah nama Perdana Menteri dimaksud?
Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.
Jawaban ditunggu hingga 29 Mei 2011 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.
April 2011
RS110417