Transkrip program Radio Kookaburra:
Alumni Dalam Sorotan Antoni Tsaputra
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Antoni Tsaputra, Alumni Griffith University, Queensland, Australia
MUBAROK: Beberapa waktu lalu mungkin anda sempat menyimak Antoni Tsaputra, seorang penyandang disabilitas yang berkomentar tentang Hari Disabilitas Internasional. Kali ini Anton berbagi pengalaman tentang belajar di Australia.
Persiapan Anton untuk kuliah di Australia agak berbeda dengan persiapan mahasiswa Indonesia lainnya yang memperoleh beasiswa dari Pemerintah Australia. Selain itu, Anton juga akan didampingi ayahnya selama menuntut ilmu di Australia.
Anton memperoleh beasiswa untuk tingkat magister pada periode 2010-2011 selama satu setengah tahun dalam bidang Jurnalisme dan Komunikasi Massa di Griffith University.
ANTONI TSAPUTRA: Jadi sebelum saya sampai di sana, satu minggu sebelumnya, disability officer, Ibu Margareth di Griffith Uni itu sudah menghubungi saya. Kira-kira nanti untuk selama proses studi kebutuhan fasilitas khusus apa yang saya butuhkan.
Misalnya akomodiasi yang harus disable friendly. Sebelum saya sampai, Ibu Margaret itu sudah mengkoordinasikan dengan pihak akomodasi di kampus. Jadi mereka sudah menyediakan residence college yang kamarnya khusus punya disability access.
Di setiap residence college itu ada, tapi memang harus dikoordinasikan dan di-reserved [dipesan] sebelum yang bersangkutan atau saya nanti menetap di kampus.
Nah, saat saya sampai di sana, langsung liaison officer di sana, Bu Leslie, mempertemukan saya dengan Ibu Margaret. Sebelumnya semua hubungannya lewat email saja.
Lalu Ibu Margaret menjelaskan kepada saya seluruh fasilitas di universitas ini yang tersedia untuk penyandang disabilitas, untuk membantu saya bisa menyelesaikan studi dengan sukses dan tepat waktu.
Mulai dari sarana di perpustakaan, laboratorium, ada petugas counselling service juga kalau saya ada kendala dan segala macam.
MUBAROK: Anton mengatakan, setiap mata kuliah atau kursus yang akan diambil selalu dibicarakan terlebih dahulu dengan petugas khusus disability officer yang kemudian berkoordinasi dengan penyelenggara program atau kursus tersebut.
ANTONI TSAPUTRA: Ibu Margaret juga menyediakan participation assistant, direkrut [diambil] dari mahasiswa yang volunteer [kerja sukarela] untuk membantu para penyandang disabilitas seperti saya. Misalnya untuk note taking. Karena saya untuk mencatat agak susah, maka sudah disediakan juga note taker [pencatat].
Kemudian untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, saya mengetik juga ada kendala karena agak susah, Ibu Margaret di sana juga memberikan training [kepada] saya untuk menggunakan assisted technology.
MUBAROK: Apa itu?
ANTONI TSAPUTRA: Jadi assisted technology yang saya gunakan adalah perangkat lunak khusus untuk membantu saya mengetik, mengerjakan tugas.
Jadi saya hanya bicara dan perangkat lunak tersebut sudah mengetik sendiri. Saya di-training selama dua minggu karena programnya harus adaptasi dulu dengan vokal saya, pronunciation [pengucapan] saya dan saya dilatih.
Setelah saya menguasai program tersebut, AusAID berkoordinasi dengan liaison officer-nya membelikan saya software itu. Lumayan mahal juga software itu, sekitar A$250 [Rp 2,4 juta]. Karena saya sudah bisa menggunakan software tersebut sesudah menyelesaikan training, saya disediakan software tersebut yang di-install-kan ke [komputer] notebook saya.
Jadi sangat-sangat terbantu. Jadi untuk penyandang disabilitas yang kuliah di Australia sama sekali tidak ada masalah.
MUBAROK: Saya lihat sekarang kursi rodanya baru. Darimana ini didapat?
ANTONI TSAPUTRA: Kebetulan saya juga membina hubungan baik dengan masyarakat muslim di Brisbane. Saya dikenalkan oleh teman-teman dari Indonesia di sana dengan organisasi MCF (Muslim Charitable Foundation) di Brisbane.
Kemudian Ibu Janet, anggota MCF ini, tergerak hatinya ingin membantu saya karena kursi roda manual itu sudah sejak saya TK saya beli dan saya pakai, masih saya bawa ke Australia. Atas inisiatif Ibu Janet dan kemudian juga ketua dewan organisasi di MCF itu, mereka sepakat untuk mendonasikan sebuah electric wheelchair [kursi roda listrik] ke saya. Sangat membantu.
Saya merasa lebih mandiri. Jadi sejak pakai electric wheelchair ini saya jarang di rumah. Biasanya di Indo[nesia] saya di rumah terus. Saya terkadang dimarahi papa, “Kamu keluar terus?”
MUBAROK: Terus kursi yang lama dikemanakan?
ANTONI TSAPUTRA: Masih tetap dibawa. Itu sebagai saksi sejarah, sangat berjasa.
[Kookaburra tune]
Terima kasih kepada anda yang telah menjawab kuiz periode lalu tentang nama batu pasir (sandstone) raksasa yang terletak di bagian selatan Teritori Utara Australia. Jawaban yang benar adalah Uluru dan pemenangnya adalah OFI SEMBIRING dari Medan, MAISAROH dari Lumajang dan ZAINIMAR dari Pariaman.
Sedangkan kuiz sebelumnya tentang letak kota Perth di Australia, jawaban yang benar adalah Western Australia atau Australia Barat dan pemenangnya adalah MUSTAGHFIRIN dari Bojonegoro, YOGA PRIASTOMO dari Temanggung dan SITI KHAIRUL dari Yogyakarta.
Untuk selanjutnya, kuiz Radio Kookaburra akan berubah format. Nantikan informasi selengkapnya yang akan kami sampaikan dalam beberapa waktu mendatang.
Februari 2012
RS120203