Transkrip program Radio Kookaburra:
Pemuda-Pemudi Australia Menimba Pengalaman di Riau
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: AIYEP Participants Nigel Western, Doss McPherson, Muhammud Iqbal Amin and Julian Tunstill
MUBAROK: Salah satu cara terbaik untuk mengenal budaya Indonesia adalah dengan tinggal bersama masyarakat Indonesia. Nigel Western, salah satu peserta program pertukaran pemuda dari Australia, mempunyai beberapa alasan yang membenarkan hal itu.
[Kookaburra tune]
Sebanyak 18 peserta Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia (AIYEP) dari Australia tahun ini tinggal di Rokan Hulu dan Pekanbaru, Riau.
Didampingi oleh para peserta Indonesia, para pemuda dan pemudi Australia ini merasakan seperti apa tinggal bersama keluarga Indonesia di desa dan di kota. Nigel Western adalah peserta dari Australia Selatan.
NIGEL WESTERN: Dengan tinggal di keluarga itu, saya pikir bisa lebih paham apa itu tinggal di Indonesia sebenarnya. Dengan merasakan apa itu tinggal dalam suasana keluarga. Maksudnya, dengan merasakan makanan di desa itu, terus tiap hari ketemu sama bapak dan ibu angkat, tinggal dengan adik angkat juga, dengan apa saja yang ada di tempat.
Misalnya, kalau makan, tiap hari duduk di lantai, makan pakai tangan, sebenarnya lebih enak pakai tangan. Jadi itu merasakan budaya Indonesia, kultur Indonesia, bisa lebih mudah belajar bahasa Indonesia dengan tinggal dengan keluarga asuh.
Jadi pengalaman lebih banyak daripada tinggal di asrama atau di hotel daripada tinggal di situ tinggal di rumah warga, lebih banyak pengalamannya.
MUBAROK: Nigel mulai belajar bahasa Indonesia sejak duduk di kelas empat sekolah dasar. Tidak mengherankan kalau dia mahir berbahasa Indonesia.
Nigel menyelesaikan kuliah di Flinders University, Australia Selatan, jurusan ilmu ekonomi dan keuangan, ditambah satu tahun belajar bahasa Indonesia di universitas tersebut, termasuk enam bulan di Yogyakarta.
Meskipun bahasa termasuk bidang kegemarannya, Nigel mengatakan terkejut dengan banyaknya bahasa daerah di Indonesia.
NIGEL WESTERN: Di tiap tempat saya kaget kok bahasanya begitu beda. Misalnya di Jawa kan bahasa Jawa. Saya pernah ke Maluku Utara, Maluku Utara itu agak beda lagi bahasanya, dan dicampur bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
Terus begitu tiba di desa, Rambah Hilir Tengah, di Kabupaten Rokan Hulu, bahasanya lain lagi. Jadi walaupun coba belajar sedikit dari bahasa mereka, susah lagi, kalau mau mengerti susah.
MUBAROK: Selama tinggal di Riau, Nigel sempat jalan-jalan ke tempat wisata Air Mutuah, air terjun di Rokan Hulu.
NIGEL WESTERN: Saya sebelumnya belum pernah lihat air terjun di Indonesia dan indah sekali menurut saya. Saya kaget wah indah sekali, karena sungainya bersih, tempatnya luar biasa. Kami bisa naik ke atas air terjunnya. Dan sempat juga melompat dari atas.
MUBAROK: Bagi sebagian besar peserta Australia, tidak ada hambatan yang berarti selama mereka tinggal di Riau. Menurut ketua tim peserta dari Australia, Doss McPherson, anak-anak muda Australia tersebut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat.
DOSS MCPHERSON: Ada beberapa orang Australia yang cukup kuatir tentang higinis di desa karena di Australia bisa minum air dari keran, tetapi di desa tidak bisa, sebenarnya di semua kota di Indonesia tidak bisa.
Tetapi kebanyakan peserta dari Australia senang sekali karena tidak ada banyak orang yang menjadi sakit. Kadang-kadang ada orang sedikit sakit, tapi tidak ada masalah besar.
MUBAROK: Pengalaman beradaptasi dengan budaya lokal Indonesia adalah salah satu hal yang penting dalam kegiatan pertukaran pemuda ini, sebagaimana halnya pengalaman para peserta Indonesia ketika mengikuti fase tinggal di Australia.
Muhammud Iqbal Amin adalah pimpinan tim peserta Indonesia.
MUHAMMUD IQBAL AMIN: Kebetulan di Australia saya tinggal di rumah orang tua angkat di sana. Jadi hidup dan bekerja dengan gaya Australia. Jadi yang paling berkesan di sana mungkin kedisiplinan dan ketepatwaktuan. Di sana sangat dijunjung tinggi. Dan bersih, sangat bersih.
Tapi keramah-tamahan mereka agak sedikit kurang karena mereka biasa hidup dengan membantu diri sendiri tanpa butuh orang lain. Itulah mungkin perbedaannya.
MUBAROK: Iqbal mendampingi Julian Tunstill selama tinggal di tengah masyarakat Riau. Julian adalah peserta Australia yang salah satu orang tuanya dari Indonesia.
JULIAN TUNSTILL: Ibu saya dari Manado, lahir di Manado, lalu ia pergi ke Australia ketemu dengan papa saya di Sydney dan nikah di Jakarta. Sekarang semua tinggal di Adelaide di Australia Selatan, dan aku lahir di Australia.
Saya magang actually di Puswil di Pekanbaru, di perpustakaan yang saya kira kalau saya nggak salah yang paling besar di Indonesia. So baik sekali.
MUBAROK: Program Pertukaran Pemuda Australia Indonesia (AIYEP) diselenggarakan oleh Lembaga Australia-Indonesia bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Program ini diselenggarakan setiap tahun sejak 1982.
Maret 2012
RS120310