Transkrip program Radio Kookaburra:
Pemilih Panca Menang Pilkada Dalam Bidikan Lensa
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Hairul, Wartawah Pemenang; Oscar Motulah, Direktur Fotografi Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA
MUBAROK: Sebuah foto yang memperlihatkan seorang pemilih wanita disabilitas lanjut usia yang sedang menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan kaki terpilih sebagai pemenang kompetisi foto jurnalis bertema ”Pilkada Dalam Bidikan Lensa” di Jakarta.
[Kookaburra tune]
Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dengan dukungan Australia melalui Badan Bantuan Australia untuk Pembanguna Internasional (AusAID) menyelenggarakan kompetisi foto jurnalis dengan tema “Pilkada Dalam Bidikan Lensa”.
Tiga foto terbaik terpilih sebagai pemenang termasuk foto dengan judul “Pemilih Panca” hasil karya wartawan Harian Radar Bangka yang kemudian dipamerkan selama enam hari dari 30 Juni hingga 5 Juli di Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta bersama lebih dari 60 foto nominasi lainnya.
Hairul sebenarnya bukan wartawan foto tetapi wartawan umum yang telah bekerja untuk surat kabar tersebut selama dua tahun. Ia menceritakan bagaimana foto itu diambil.
HAIRUL: Yang pertama ini kemarin waktu Pemilu Kada Bangka Belitung, Februari kemarin. Kebetulan saya tahu bahwa Nenek Jumiah ini, aktifitas sehari-harinya menggunakan kaki. Dia hidup sebatang kara.
Jadi saya berfikir ini harus saya datangin karena lumayan jauh jaraknya, ini di daerah Labu, Kabupaten Bangka Induk. Ini harus saya datangin untuk mengambil foto.
Ketika saya datang pun ternyata beliau nggak mau nyoblos. Jadi saya terpaksa lobi Kadesnya untuk meminta dia datang ke TPS dan terpaksa digendong panitia untuk sampai ke TPS. Dan karena keterbatasan dia, akhirnya bilik suara juga terpaksa harus diturunkan.
Aku sebenarnya pingin supaya dia pelan-pelan nyoblosnya biar aku bisa ngambil. Itu nggak. Ketika dia datang, diturunkan bilik suara, dibuka kertas suara dari panitianya, dia langsung nyoblos. Jadi aku kebingunan. Aku belum siap segala macam, ya sudah jeprat, jepret aja.
MUBAROK: Dua foto terbaik lainnya berjudul “DPS Fiktif” dengan foto pocong dan “Mencuri Start” dengan foto iklan tempel pasangan calon.
Dewan juri terdiri dari mantan redaktur foto dan fotografer senior Harian Kompas, Arbain Rambey, mantan redaktur foto majalah Tempo, Rully Kusuma, dan Direktur Fotografi LKBN ANTARA, Oscar Motulah.
Menurut Oscar, tiga karya foto terbaik tersebut dipilih karena berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang politik di Indonesia saat ini.
OSCAR MOTULOH: Yang pertama itu adalah foto satu, dua dan tiga, saya kebetulan sampai hari anda menyebutkan belum tahu nama dari fotografernya.
Tapi secara keseluruhan, tiga karya terbaik tersebut itu berhubungan dengan suasana politik kita. Jadi Pilkada itu adalah cara untuk janin itu terlahirkan dan membutuhkan suatu gambar yang kuat untuk menyampaikan pesan.
Foto yang pertama kita bisa lihat secara kasat mata bahwa para pemilih menggunakan hak yang melekat pada mereka dan kebetulan fotografer berhasil mengabadikan gambar penderita disable itu menggunakan kaki yang terlihat pada foto para calon.
Jadi kita melihat bahwa di sini mereka menjalankan kekuasaan yang didelegasikan oleh rakyat.
MUBAROK: Bang Oscar bagaimana anda menilai bahwa sebuah foto jurnalistik itu bagus?
OSCAR MOTULOH: Kita memang melihat kepada muatannya. Foto jurnalistik yang umum biasanya kita lihat tentu adalah bagaimana fotografer menyampaikan kesaksian dari mata, atau sebagai mata dunia, untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Tentu di situ ada sejumlah hal bagaimana foto itu bisa segera menarik kepada dewan pembaca atau pemirsa untuk bisa menangkap pesan yang ada di baliknya.
MUBAROK: Bagaimana dari segi teknik, misalnya cara pengambilan atau pencahayaan. Apakah itu penting?
OSCAR MOTULOH: Nah di sini dia sebagai tool [alat]. Jadi kemampuan teknis itu adalah tool-nya untuk membuat drama sebetulnya ketika menyampaikan sebuah pesan.
Contoh seperti yang kita lihat pada gambar pertama, kalau misalnya si fotografer itu berdiri sejajar seperti pada saat dia berdiri, maka foto itu nggak akan menarik. Tapi dia menundukkan dirinya dan mendekat ke arah penderita disability yang sedang memilih. Pasfoto-pasfoto yang terlihat di situ.
Itu akan menjadi eye-catching [menarik perhatian mata] untuk para pembaca dan barangkali dengan itu bisa segera tercapai pesan dari si fotografer.
MUBAROK: Apakah ada pesan yang ingin anda sampaikan tentang lomba kemarin?
OSCAR MOTULOH: Saya pikir kalau berkaitan dengan lomba kemarin itu barangkali pesan [saya adalah] bahwa begitu tingginya angka golput dan sebagainya maka tiga pemenang itu adalah semacam tonggak peringatan kita, orang pers, bahwa representasi dari rakyat itu aib untuk disalahgunakan.
MUBAROK: Australia telah bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum dan berbagai lembaga swadaya masyarakat sejak 1999 untuk membantu memperkuat pengelolaan pemilihan umum dan mempertahankan keterlibatan publik dalam proses pemilu.
Pemerintah Australia telah menyediakan bantuan sebesar $20 juta untuk program dukungan pemilu selama lima tahun untuk periode 2011-2015.
Foto-foto pemenang dan nominasi ”Pilkada Dalam Bidikan Lensa” dapat dilihat melalui halaman Facebook Kedutaan Australia di www.facebook.com/australianembassyjakarta.
Juli 2012
RS120729