Transkrip program Radio Kookaburra:
Seorang Mualaf Ikut Pertukaran Muslim ke Australia
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Lusia Efriani, Peserta Pertukaran Muslim dari Batam
MUBAROK: Seorang mualaf ikut serta dalam Program Pertukaran Muslim ke Australia tahun ini. Lusia Efriani adalah pengusaha, wakil pemimpin redaksi majalah dan penulis buku yang aktif dalam kegiatan Rumah Zakat dan Asosiasi Pengusaha Indonesia.
[Kookaburra tune]
Peserta Program Pertukaran Muslim ke Australia untuk kelompok ke-2 tahun ini diikuti oleh lima peserta yang berasal dari Cianjur, Wonosobo, Tulungagung, Aceh Utara, serta seorang mualaf dari Batam. Mereka berkunjung ke Australia dari 11-16 Juni 2012.
Lusia Efriani dengan panggilan akrab Lusi adalah pengusaha arang tempurung kelapa dan aktif dalam kegiatan Asosiasi Pengusaha Indonesia di Batam. Ia juga Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Bina Usaha dan Keuangan dan penulis buku Cinderella From Indonesia.
Lusi aktif dalam kegiatan Rumah Zakat dan sebagai seorang mualaf ia telah mendapat kesempatan untuk berkunjung ke beberapa negara untuk mempelajari kehidupan Muslim.
LUSIA EFRIANI: Saya sering sharing dengan teman-teman di berbagai negara dan saya mendapat info bahwa Australia itu negara yang paling, sepertinya paling welcome terhadap Islam, baik toleransinya, kebebasan beragama juga terhadap program-program seperti bantuan terhadap Muslim baik itu di negaranya sendiri maupun di negara-negara lain.
Itu satu, yang kedua juga [saya ingin tahu] masalah hak-hak wanita Muslim. Karena terus terang saya dibesarkan dari non-Muslim yang sangat menjunjung tinggi kebebasan, apapun itu, wanita ataupun pria.
Tetapi melihat di Muslim ini kayaknya hak-hak wanita itu belum terakomodir dengan baik, dalam arti simbol-simbol keagamaan itu menjadi lebih penting daripada arti agama itu sendiri.
MUBAROK: Program Pertukaran Muslim Australia-Indonesia disponsori oleh Lembaga Australia-Indonesia dan didukung oleh Universitas Paramadina.
Selama kunjungan seminggu ke Australia, para peserta dari Indonesia bertemu dan berdialog dengan masyarakat Muslim dan non-Muslim Australia. Lusi bercerita usai kunjungan itu bahwa pengalamannya menyaksikan kehidupan beragama di Australia sangat menarik.
LUSIA EFRIANI: Kalau di Australia itu kerukunan beragamananya bagus sekali. Apalagi yang paling saya terkesan itu di Melbourne. Kerukunan baik Muslim dan non-Mulism itu sangat luar biasa.
Juga untuk etnik-etnik berbagai organisasi yang ber-background [latar belakang] agama itu juga lebih bersatu di Melbourne itu. Jadi saya kira indah sekali kerukunan beragama di Australia.
MUBAROK: Bagaimana dengan jilbab? Apa yang anda saksikan di kalangan Muslimah di Australia?
LUSIA EFRIANI: Kebetulan saya ketemu orang-orang Muslim yang luar biasa. Waktu itu saya selalu menjelaskan kenapa, saya meminta maaf kenapa saya tidak memakai jilbab. Saya jelaskan bahwa saya mualaf sehingga saya memang belum yakin memakai jilbab dan mereka alhamdulillah sangat mengerti.
Dan mereka bahkan memberi saya masukan seperti ini bahwa memakai jilbab itu tidak karena terpaksa atau tidak karena disuruh tetapi itu datang sebagai hidayah dan itu saya lihat sendiri waktu visit [kunjungan] ke sekolah Muslim di Melbourne bahwa walaupun mereka sekolah Muslim, murid-muridnya tidak dipaksa atau tidak diwajibkan memakai kerudung.
Tetapi mereka bilang bahwa memberi contoh itu wajib. Jadi guru-gurunya juga boleh, mau pakai jilbab atau tidak itu terserah. Tetapi sebagai Muslim yang baik mereka ini merasa harus memberi contoh dengan cara berjilbab karena itu sudah menjadi ajaran agama Islam.
Tetapi mereka tidak menganjurkan untuk memaksa orang atau memaksa anak-anak kita memakai jilbab. Begitu. Kalau di Sydney memang lebih konservatif. Jadi ada aturan yang lebih ketat untuk memakai jilbab.
Saya sempat berdiskusi dengan perempuan-perempuan Muslim di Sydney bahwa mereka mengakui Muslim di Indonesia itu lebih modis dalam hal berjilbab. Dan mereka senang sekali melihat gaya perempuan Muslim di Indonesia.
MUBAROK: Lusi mengatakan pengalamannya berkunjung ke Australia sebagai peserta Program Pertukaran Muslim rencananya akan dituangkan dalam sebuah buku.
Agustus 2012
RS120830