Transkrip program Radio Kookaburra:
Tarian Malam Tampil Perdana di Brisbane Powerhouse
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Eri Mefry, Koreografer dan Pendiri Nan Jombang; Andrew Ross, Director Brisbane Powerhouse
MUBAROK: Kelompok tari kontemporer Padang mengadakan pertunjukan perdana Tarian Malam di Australia. Nan Jombang tampil di Brisbane Powerhouse, Australia, untuk memulai pertunjukan keliling di Australia, Singapura dan Indonesia.
[Kookaburra tune]
Suara gendang dan berbagai alat tradisional Indonesia lainnya, ditambah dengan teriakan pemain, bergema di sebuah gedung kesenian di Brisbane, Australia. Nan Jombang sedang mengadakan persiapan terakhir di Brisbane Powerhouse untuk pertunjukan spektakuler Tarian Malam.
Di sela-sela latihan itu, sang koreografer yang juga pimpinan dan pendiri Nan Jombang, Eri Mefry, bercerita tentang pertunjukannya yang rencananya akan dihadiri oleh Walikota Brisbane and Dubes Indonesia untuk Australia.
ERI MEFRY: Tarian Malam menceritakan tentang kegelapan gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat. Dan dalam tarian malam ini ada dua kali gempa yang saya gambarkan. Gempa pertama adalah gempa saya sendiri sebagai seniman.
Sejak 1983 kami berjuang sendiri berkesenian, mendirikan grup sendiri, berkarya sendiri tanpa perhatian siapa-siapa. Kami anggap diri kami adalah seniman yang berjalan entah kemana, bertelanjang tanpa alas kaki, terseot-seot, berproses, berkesenian, dan pada 2004 barangkali tanpa terduga Yang Maha Kuasa mengirim seseorang.
Kami ditemukan oleh Andrew di Nusa Dua Bali dan sejak itu kami dibimbing oleh Andrew dan Andrew mengenalkan dunia kepada kami. Dan gempa sebagai seniman diobati oleh kedatangan Andrew.
Tapi pada 2009 gempa yang sesungguhnya datang dan itu kami anggap cobaan kedua yang harus kami jalani dan hidup terus berjalan terus menerus. Dan perhatian pertama yang datang saat gempa kedua juga dari Australia.
Australia lah yang bertanya kepada kami bagaimana kondisi kami di Sumatera Barat gara-gara gempa. Andrew juga lah yang melihat kami ke Padang saat gempa dan Kedutaan Australia di Jakarta juga lah yang mengkuatirkan kami, yang memikirkan bagaimana ruang latihan kami ke depan dan memberi segala-galanya.
Maka semuanya kami ceritakan dalam karya Tarian Malam. Bagaimana kehidupan kami dalam kelam selama ini dan cahaya itu datangnya dari Australia. Kami buat karya ini dan pantas kami premier-kan juga di Brisbane, Australia.
MUBAROK: Andrew Ross atau Andrew sebagaimana yang disebut-sebut Eri adalah Direktur Brisbane Powerhouse. Saya bertanya kepada Andrew bagaimana ia menemukan Nan Jombang.
ANDREW ROSS: I don’t think I really found them. Lots of people knew they were there...
TERJEMAHAN: Saya kira saya tidak benar-benar menemukan mereka. Banyak orang yang sudah tahu bahwa mereka ada. Sebelumnya saya telah mendengar banyak tentang mereka tetapi belum pernah melihat karyanya.
Suatu ketika saya berada di pasar seni pertunjukan Indonesia pada 2004 di Bali dan saya melihat karya mereka. Dan saya pikir, “Oh ini sungguh kelompok tari yang luar biasa.” Kemudian kami mulai menjalin persahabatan dan kemitraan bisnis and akhirnya mereka datang ke Australia untuk tampil pada 2007, lalu pada 2010 dan sekarang pada 2012.
Hingga kini, mereka telah mengadakan pertunjukan keliling secara internasional. Mereka pernah ke Singapura dua kali, Tokyo, Soul, Essen dan Berlin di Jerman, dan mereka juga akan ke Amerika untuk pertunjukan di Washington DC, New York City, Road Island dan Los Angeles.
MUBAROK: Nan Jombang tampil di Australia dengan delapan penari termasuk Eri Mefry sebagai penata tari. Di tengah cuaca Brisbane yang begitu dingin, sekitar16 derajat celsius, Eri mengaku tetap merasa senang berada di Australia.
ERI MEFRY: Kami Nan Jombang merasa pulang ke rumah sendiri. Walaupun baru tiga, empat kali ke Australia, tapi Australia adalah penemu seorang Eri Mefry. Eri Mefry ditemukan oleh orang Australia. Jadi rasanya Australia sudah menjadi rumah sendiri.
MUBAROK: Nan Jombang bukanlah satu-satunya kelompok tari kontemporer Indonesia yang tampil di Brisbane Powerhouse. Menurut Andrew Ross karya-karya seni Indonesia lainnya juga pernah tampil di gedung itu.
ANDREW ROSS: We presented quite a lot of Indonesian work. We recently presented ....
TERJEMAHAN: Kami sudah banyak menampilkan karya-karya Indonesia. Baru-baru ini kami menampilkan Hartati dengan karyanya yang berjudul Di Dalam Di Luar. Kami juga menampilkan Ubite dengan Keroncong Tenggara, sebuah pertunjukan musik.
Dan di masa lalu kami menampilkan beberapa kelompok seni termasuk Kua Etnika bersama Djaduk Ferianto dan Butet Kertaradjasa yang tampil dengan Matinya Toekang Kritik. Kami juga telah kedatangan sebuah kelompok teater yang sangat bagus dari Bandung namanya Teater Payung Hitam yang tampil dengan karya berjudul Merah Bolong Putih Bolong.
MUBAROK: Saya bertanya kembali kepada Andrew, dari segi popularitas, bagaimanakah pertunjukan seni tari dibandingkan dengan seni lain seperti film misalnya?
ANDREW ROSS: Oh look, film, music, comedy, especially pop music, obviously has ...
TERJEMAHAN: Oh ya, film, musik, komedi, terutama pop musik, jelas mempunyai penonton yang lebih besar dari seni tari. Tetapi ada pasar internasional yang besar untuk karya seni tari kontemporer berkualitas. Nan Jombang telah mampu menyentuh pasar itu.
MUBAROK: Nan Jombang tampil perdana dengan Tarian Malam di Brisbane Powerhouse pada 9-11 Agustus dengan dukungan Lembaga Australia Indonesia. Mereka juga akan tampil di Festival Darwin, lalu ke Singapura dan terakhir di Festival Salihara Jakarta pada Oktober 2012.
September 2012
RS120935