Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Pemuda Pemudi Muslim Australia Mengunjungi Peresmian Madrasah

Siaran Media

26 Juni 2007

Pemuda Pemudi Muslim Australia Mengunjungi Peresmian Madrasah

Lima pemimpin muda Muslim asal Australia hari ini datang mengunjungi peresmian Madrasah Al-Hidayah di Sukabumi, salah satu dari 2000 sekolah yang didanai pembangunannya oleh Australia bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia melalui Basic Education Program.

Mereka datang ke Indonesia sebagai bagian dari Program Persaudaraan Muslim Indonesia-Australia. Dalam kunjungannya ke Indonesia mereka akan menemui berbagai pemuka agama, tokoh politik dan masyarakat untuk mengetahui lebih banyak mengenai peran agama, terutama Islam, di Indonesia.

Saat inagurasi sekolah, anak-anak muda Australia ini berbincang-bincang dengan murid-murid madrasah untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman sebagai seorang Muslim di Australia dan di Indonesia.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Australia, Fiona Hoggart, yang menghadiri acara inagurasi Madrasah Al-Hidayah mengatakan sekolah ini merupakan program infrastruktur terbesar Australia di kawasan Asia Pasifik.

“Program Pendidikan Dasar (Basic Education Program) senilai AUD355 million ini akan mendanai pembangunan dan perluasan 2000 SMPN dan Madrasah di 20 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun,” ujar Fiona Hoggart.

“Sekitar 1000 sekolah diperkirakan selesai di pertengahan tahun 2008.”

“Program pembangunan ini akan menciptakan ruang belajar bagi 330,000 anak berusia 13-15 tahun, dan mentargetkan mereka yang berasal dari daerah miskin dan terpencil. Masyarakat setempat menggunakan bahan bangunan lokal untuk membangun sekolah tersebut.”

“Indonesia memiliki program wajib belajar sembilan tahun untuk setiap anak. Hampir dua juta anak Indonesia berusia 13-15 tahun tidak bisa bersekolah karena letak sekolah terlalu jauh atau tidak tersedianya tempat untuk bersekolah.”

“Di Sukabumi, sebagai contoh, terdapat kekurangan ruang belajar untuk sekitar 100 anak. Saat Madrasah Al-Hidayah selesai nanti, 100 anak-anak tersebut bisa meneruskan pendidikannya ke tingkat menengah pertama.”

“Lokasi-lokasi sekolah ditentukan berdasarkan hasil penaksiran akan kebutuhan yang belum terpenuhi, tingkat pendaftaran sekolah dan keterlibatan masyarakat,” ujar Fiona Hoggart.

Pertanyaan dari media:
Mia Salim – 2550-5490