Siaran Media
13 April 2011
Australia berupaya meningkatkan kesiapsiagaan warga korban Gunung Merapi
Keselamatan jangka panjang bagi warga Indonesia yang menetap dekat Gunung Merapi menjadi fokus kemitraan baru yang terbentuk antara Australia dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Universitas kelas dunia yang berlokasi di Yogyakarta ini akan menerima A$1.2 juta dari Fasilitas Pengurangan Bencana Australia Indonesia (AIFDR) untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, program rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, karena itu kita perlu memastikan keselamatan warga yang menetap di kawasan tersebut,” ujar Direktur AIFDR Dr. Matt Hayne.
Hibah penelitian senilai A$350,000 diumumkan hari ini oleh Pemerintah Australia menandai awal kemitraan yang sangat berharga.
Proyek penelitian ini akan mengkaji pemahaman mengenai pengetahuan lokal, kepercayaan serta cara hidup masyarakat yang menetap di 30 desa di provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, dimana temuan dari penelitian ini akan digunakan pada panduan rencana pemulihan mata pencaharian.
“Dampak gunung berapi sulit untuk diperkirakan dan dapat menghancurkan, banyak keluarga kehilangan anggotanya dan masyarakat kehilangan tempat tinggal,” ungkap Dr. Hayne.
“Penting bagi kita untuk terus siap siaga terhadap letusan dimasa depan. Strategi kesiapsiagaan yang menyeluruh harus mengakui, memahami dan menggunakan pengalaman warga yang telah menetap lama di kawasan Gunung Merapi,” ujar Dr. Hayne.
Ketua Jurusan Antropologi UGM, Dr. Nicolas Warouw percaya bahwa proyek ini akan menjembatani kesenjangan antara Pemerintah dan warga korban Gunung Merapi.
"Hasil temuan penelitian ini akan digunakan untuk merancang strategi mitigasi, evakuasi, rekonstruksi dan pemulihan bersama dengan Pemerintah," ujar Dr. Warouw.
“Kemitraan ini tidak hanya dirancang untuk meningkatkan pemahaman Pemerintah terhadap warga setempat, tetapi juga akan membantu memberikan sebuah kajian sosial dan ekonomi menyeluruh yang dirancang untuk mempengaruhi dialog kebijakan,”ungkap Dr. Warouw.
Pertanyaan media:
Mia Salim, AusAID Public Affairs, +628121070237
Rendy Djauhari, AusAID Public Affairs, +62 8111904823