Siaran Media
6 Oktober 2012
Di Belakang Layar Ubud Writers and Readers Festival
Dua peserta program penyantrikan seni Asialink dari Australia telah bekerja keras di belakang layar sebagai bagian dari tim berdedikasi di belakang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) internasional yang ternama.
Lisa Dempster, dari negara bagian Victoria, dan Ali Donnellan, dari Queensland, telah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam sektor kesenian dan kesusasteraan Australia dengan tim UWRF, sambil belajar tentang Indonesia, budayanya dan kesusasteraannya serta menjalin hubungan profesional yang baru dan kukuh dengan rekan-rekan mereka di Bali.
Lisa adalah Direktur Emerging Writers’ Festival dan akan menjadi Direktur/CEO Melbourne Writers Festival yang baru pada Oktober. Lisa adalah penulis profesional dan editor lima judul buku, termasuk Neon Pilgrim dan The Melbourne Veg Food Guide. Sebagai bagian dari pencantrikan manajemen seni Asialink, Lisa akan berbagi pengetahuan tentang pengelolaan festival penulisan sekaligus memperoleh keterampilan profesional dan jaringan kesusasteraan yang bernilai.
Di Australia, Ali bekerja sebagai Manajer Kemitraan Kebudayaan di Brisbane Powerhouse di mana ia bekerja dalam kemitraan dan kolaborasi. Di Ubud, Ali telah memberikan dukungan pada pengembangan jaringan internasional, kemitraan dan bekerja sama dengan program kepemudaan di seluruh kepulauan Indonesia.
“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi kami berdua. Kami telah memperoleh kesempatan untuk bekerja sama dengan banyak orang Indonesia yang penuh inspirasi yang terlibat dalam kesusasteraan dan penulisan di Indonesia,” tutur Lisa. “Pemahanan saya tentang Indonesia kontemporer dan penduduknya jauh lebih besar sekarang ini dibanding sebelum saya tiba.”
“Saat kami kembali ke Australia, kontak-kontak yang telah kami lakukan akan memungkinkan kami untuk memperluas jangkauan kerja yang kami lakukan di sana guna menggabungkan unsur-unsur Indonesia, apakah itu kesempatan untuk kolaborasi atau partisipasi penulis-penulis Indonesia di festival-festival di Australia,” ujar Ali.
“Saya sangat gembira dengan apa yang saya saksikan di Indonesia, khususnya di Bali. Saya pikir audiensi Australia akan sama senangnya dengan saya untuk memperoleh kesempatan mendengar lebih banyak lagi dari penulis-penulis ini tentang kesusasteraan Indonesia kontemporer dan tradisi kesuastraan yang kaya dari Indonesia,” ujarnya.
Setiap tahun, Program Pencantrikan Seni Asialink mengirim sekitar 30 penulis, pemain panggung, seniman dan manajer seni dari Australia untuk mengikuti pencantrikan di Asia. Tahun ini, ada lima cantrik Asialink di Indonesia untuk jangka waktu hingga tiga bulan yang terlibat dalam penelitian, pertukaran budaya, kolaborasi internasional dan pengembangan kreatif dalam penulisan, seni panggung dan manajemen seni.
Pertanyaan Pers:
Vicki Miller, Atase Kebudayaan tel. (021) 2550 5260 hp. 0811 959 0304