Siaran Media
25 September 2013
Infrastruktur Indonesia dapat Maju Pesat Menggunakan Rekayasa Generasi Baru
Infrastruktur Indonesia dapat mengambil manfaat dari penelitian baru tentang bahan konstruksi generasi baru, menurut insinyur ternama Australia. Jembatan-jembatan, jalan layang dan gedung-gedung bertingkat di Jakarta dapat dibangun dengan menggunakan bahan beton yang lebih kuat dan lebih ramah lingkungan.
Profesor Stephen Foster, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan di Universitas New South Wales, menjabarkan dalam garis besar pemanfaatan praktis generasi baru bahan-bahan bangunan: Beton yang Diperkuat dengan Serat Baja atau Steel Fibre Reinforced Concrete (SFRC) dan Beton Kinerja Sangat-Tinggi atau Ultra-High Performance Concrete (UHPC).
SFRC adalah shotcrete (beton semprot) dengan ditambahkan serat baja. Di Australia, sedang dilakukan pengembangan SFRC untuk diterapkan di bangunan.
Sementara itu, UHPC dapat menghadirkan pilihan-pilihan berkelanjutan yang ramah lingkungan dibandingkan dengan beton biasa dalam bangunan dengan kekuatan lebih dari 150 MPa (Megapascal) dan energi patah lebih dari 2.000 kali beton biasa.
“UHPC telah digunakan di jembatan-jembatan beton yang baru-baru ini dibangun di Malaysia dan saya yakin ini dapat dan mesti digunakan juga di Indonesia,” ujar Profesor Foster yang memiliki pengalaman luas dalam penelitian SFRC dan UHPC.
Seminar tersebut diselenggarakan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 25 September 2013 dan dibuka oleh Symeon Collette, Atase Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Collette menyambut baik peningkatan tempo kerja sama ilmiah dengan Indonesia.
“Permintaan infrastruktur di Indonesia sedang meningkat seiring dengan perekonomian yang terus tumbuh,” tutur Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty. “Kami berharap kepakaran dan penelitian rekayasa Australia dapat digunakan secara praktis untuk memberi manfaat pada perencanaan dan pembangunan infrastruktur.”
Pertanyaan Pers:
Ray Marcelo (Atase Pers) tel. (021) 2550 5290 hp. 0811 187 3175