Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Pidato - Sekretaris Departemen Luar Negeri dan Perdagangan

Pidato

Sekretaris Departemen Luar Negeri dan Perdagangan

Bina Nusantara University, Jakarta
21 November 2017

 

Para siswa, pemimpin akademik, tamu terhormat – Bapak-bapak dan Ibu-ibu.

Senang sekali bisa kembali ke Jakarta.

Baru seminggu yang lalu saya bersama Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Da Nang di mana beliau bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk membahas banyak kepentingan bersama kami.

Dua tahun yang lalu, saya menemani Perdana Menteri Turnbull dalam kunjungan pertamanya sebagai Perdana Menteri ke Jakarta saat beliau dan Presiden Widodo bersama-sama melakukan kegiatan blusukan mereka yang sangat terkenal ke Pasar Tanah Abang, beberapa kilometer dari sini.

Saya jamin; saat itu pemimpin kita melakukan lebih dari sekadar menciptakan kesempatan untuk berfoto bersama dan menyebabkan kekacauan lalu lintas.

Sebenarnya, Perdana Menteri Turnbull mengikuti jejak generasi Perdana Menteri – Perdana Menteri Australia sebelumnya yang mengunjungi Jakarta segera setelah dilantik sebagai Perdana Menteri Australia.

Pemimpin kita menyadari betapa pentingnya hubungan antara negara kita - dan seberapa besar potensi yang ada untuk kita berbuat lebih banyak.

Seperti kata Perdana Menteri Turnbull saat berada di sini - "Kedua negara kita siap untuk masa depan yang sangat menarik".

Sejarah panjang kerja sama

Sejarah panjang kerjasama antara Australia dan Indonesia jauh melampaui Presiden dan Perdana Menteri.

Sampai baru-baru ini, banyak orang Australia berpikir bahwa sebelum pemukiman Eropa, benua Australia sepenuhnya terputus dari belahan dunia lainnya.

Pandangan pada saat itu adalah walaupun penduduk asli Australia telah menetap di Australia setidaknya selama 40.000 tahun, mereka kemungkinan hidup terisolasi hingga dataran ini ditemukan oleh Captain Cook.

Namun sekarang ada bukti kuat bahwa pandangan ini secara historis tidaklah akurat.

Bahkan, bukti menunjukkan bahwa perdagangan antara kepulauan Indonesia dan benua Australia telah berlangsung lebih dari tiga ratus tahun.

Sejak paling tidak abad ke-18, dan mungkin jauh sebelumnya, pelaut dari Sulawesi, Madura, Jawa, Kalimantan, Flores, Timor, Rote dan bahkan Papua - melakukan perjalanan ke Selatan untuk mencari trepang dan bahan lainnya untuk diperdagangkan dengan negara Asia yang lebih kaya - termasuk China.

Sebenarnya, saya telah mendengar perspektif Cina tentang kejadian ini saat saya bertugas di sana sebagai Duta Besar Australia untuk Cina.

Karya seni batu yang rumit di gua-gua di Wellington Range di Mallarak, di Arnhem Land, daerah ujung Northern Territory Australia, bercerita mengenai pertemuan-pertemuan ini.

Orang yang akrab dengan badik – belati kecil bergaya Macassan, akan mengenali lengkungan khas pegangan dan pedangnya di lukisan gua di Mallarak, bersamaan dengan gambar perahu Macassan.

Bukti menunjukkan bahwa masyarakat kita menghabiskan waktu berbulan-bulan bersama, karena para pedagang menunggu arah angin berubah dan mendorong mereka kembali ke Utara ke tempat pasar Asia.

Warisan pertukaran ini hidup melalui bahasa.

Jika Anda mendengarkan baik-baik bahasa Yolngu di Arnhem Land Timur, Anda akan menemukan beberapa kata yang akrab dengan bahasa Indonesia, seperti 'Rupiah', 'Batu' dan 'Gula '.

Dari permulaan ini, hubungan antara orang-orang kita telah berkembang dengan pesat.

Saat ini, lebih dari tujuh puluh ribu orang yang lahir di Indonesia menyebut Australia sebagai rumah mereka - dan kami bangga memiliki sekitar sembilan belas ribu siswa dari Indonesia yang memilih untuk datang ke Australia setiap tahun.

Kenyataannya, lebih banyak siswa Indonesia memilih untuk belajar di Australia daripada negara lain di dunia, yang mencerminkan pengalaman positif yang diperoleh siswa dari negara ini di Australia, dan kualitas institusi pendidikan kelas dunia kami.

Pojok Aussie Banget kami - seperti yang dibuka di BINUS pada bulan Maret tahun ini - juga memainkan peran besar, menyediakan akses ke berbagai pilihan buku dari Australia serta informasi tentang studi dan beasiswa.

Australia sangat bangga dapat mendukung siswa dengan beasiswa untuk datang ke Australia untuk membangun keterampilan profesional mereka, melalui program Australia Awards kami.

Program Australia Awards adalah program beasiswa internasional terbesar dan terlama di Indonesia - yang dimulai pada tahun 1950an.

Lebih dari 8.500 orang Indonesia telah melakukan studi di Australia melalui program beasiswa ini sejak awal – angka ini hanyalah sebagian kecil dari 80.000 alumni Australia di Indonesia.

Alumni dari universitas Australia membuat perbedaan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia.

Menjalin hubungan dengan para mantan siswa ini menjadi prioritas utama Pemerintah Australia - terutama melalui program Australia Awards Global Alumni kami.

Kedutaan Besar Australia di Jakarta secara aktif melibatkan jaringan yang berkembang ini di Indonesia, mengundang peserta untuk terus terhubung dan terlibat dengan Australia dan sekitarnya.

Masyarakat Australia juga mencari tahu lebih banyak tentang tetangga sebelah utara mereka.

Pariwisata Australia ke Indonesia adalah bagian besar dari hubungan ini - dengan lebih dari satu juta orang Australia berlibur di Indonesia setiap tahun.

Namun, saya bertanya-tanya berapa banyak dari anda yang tahu bahwa lebih dari empat ribu siswa Australia telah belajar di universitas-universitas di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Banyak dari mereka telah datang ke Indonesia di bawah program Australia, New Colombo Plan.

Sejak dimulai pada tahun 2014, New Colombo Plan telah mendukung lebih dari 3.000 ilmuwan, mahasiswa dan pelajar untuk merasakan gaya hidup orang Indonesia, belajar di universitas anda dan melakukan pengalaman kerja praktek melalui magang dan pembelajaran berbasis kerja lainnya.

Pada akhir 2018, jumlah tersebut akan meningkat menjadi lebih dari 5.000 siswa New Colombo Plan, menjadikan Indonesia tujuan paling populer dari semua 40 lokasi tuan rumah New Colombo Plan di Indo-Pasifik.

Siswa Australia datang ke Indonesia untuk belajar tentang kekayaan budayanya, mempraktekkan bahasa Indonesia mereka dan untuk membangun persahabatan dan hubungan bisnis yang diperlukan agar kita dapat bekerja dengan lebih erat di masa depan.

Kami berterima kasih kepada BINUS atas dukungannya terhadap program ini.

Pada akhir 2018, BINUS akan telah menerima sekitar 100 siswa New Colombo Plan, di berbagai bidang studi termasuk teknologi informasi, manajemen dan perdagangan dan seni kreatif.

Selain pendidikan dan pariwisata - kami membangun hubungan yang lebih kuat dalam bisnis dan pemerintahan dari sebelumnya.

Pemerintah Australia juga telah memperluas kehadiran diplomatik kami di Indonesia, dengan membuka pos baru di Surabaya dan Makassar.

Jenis pendalaman hubungan seperti ini sangat penting bagi masa depan kita.

Semakin baik kita mengenal satu sama lain, semakin baik posisi kita untuk memanfaatkan peluang besar yang muncul sebagai hasil transformasi ekonomi dan politik yang sedang berlangsung di kawasan kita.

Kawasan yang berubah

Sekarang, anda tidak perlu saya beri tahu bahwa pusat ekonomi global sedang bergerak ke arah kita.

Skala dan laju perubahan global adalah salah satu alasan utama mengapa Pemerintah Australia saat ini sedang menyiapkan Foreign Policy White Paper, yang pertama sejak tahun 2003, untuk membimbing keterlibatan internasional kita selama lima sampai sepuluh tahun ke depan.

Dokumen ini akan menjadi peta untuk memajukan dan melindungi kepentingan internasional Australia, menentukan bagaimana kita terlibat dengan dunia di tahun-tahun mendatang.

Pada tahun 2025, negara-negara Asia Pasifik akan menjadi rumah bagi 60 persen kelas menengah dunia - 2,8 miliar orang, dengan daya beli yang sangat besar [dari 26.519 miliar dolar].

Australia dan Indonesia memiliki keberuntungan besar berada tepat di tengah transformasi politik dan ekonomi ini.

Di Australia, semakin banyak kekayaan bangsa-bangsa di sebelah Utara kami telah berhasil menundukkan lebih dari 26 tahun pertumbuhan ekonomi yang tak terputus, membuat mata uang kami menjadi yang paling banyak diperdagangkan ke-5 di dunia dan menjaga ekonomi kami dalam lima belas besar di dunia.

Bagi Indonesia - janjinya semakin besar.

Indonesia berada pada jalur paling tidak menjadi ekonomi kesembilan terbesar di dunia pada tahun 2030, dan di posisi empat besar pada tahun 2050 - dengan kelas konsumen hingga 135 juta orang.

Hubungan Australia-Indonesia berpotensi membawa banyak manfaat bagi masyarakat kita dan menjadi salah satu yang paling penting di wilayah kita.

Membangun hubungan ke masa depan

Selama bertahun-tahun, Australia dan Indonesia telah berinvestasi dalam reformasi politik dan ekonomi yang sulit yang akan mendukung kemakmuran masa depan kita.

Australia menghargai Indonesia karena dinamis, demokratis dan beragam dengan potensi ekonomi yang besar.

Hari ini kita sama-sama demokrasi yang toleran dan beragam, dengan pandangan ekonomi yang terbuka.

Australia percaya bahwa iklim global modern mengharuskan kita untuk mendukung prinsip-prinsip ini pada saat mereka berada di bawah ancaman oleh pandangan yang berlawanan di beberapa bagian dunia.

Demokratis dan toleran

Australia modern adalah negara multikultural yang paling sukses di dunia - seperti yang sering dikatakan Perdana Menteri kami.

Angka yang ada mendukung klaim tersebut.

Lebih dari 6 juta orang Australia - satu dari empat orang - lahir di luar negeri.

Masyarakat kami berasal dari hampir 200 negara, mewakili lebih dari 300 leluhur etnis, berbicara lebih dari 300 bahasa yang berbeda dan memiliki kepercayaan lebih dari 100 agama.

Lebih dari setengah dari semua orang Australia lahir di luar negeri - lebih dari 3 juta orang - berbicara bahasa selain bahasa Inggris di rumah, paling banyak bahasa Cina atau Vietnam.

Keanekaragaman ini telah menjadi kekuatan kami selama bertahun-tahun, memberi perspektif baru dalam cerita nasional kami.

Saya harus mengatakan bahwa saya juga terpesona oleh keragaman orang Indonesia.

Kedua negara kita telah menemukan stabilitas melalui toleransi - terlepas dari keragaman etnis dan kepercayaan masyarakat kita.

Mengutip Presiden Widodo - seperti yang telah dilakukan oleh Perdana Menteri kami, "Indonesia adalah bukti bahwa demokrasi, toleransi, moderasi dan Islam kompatibel."

Tetap terbuka terhadap peluang ekonomi

Sementara kita tetap bersemangat di kawasan ini, tidak dapat disangkal bahwa ada ketidakpastian yang menyertai perubahan.

Langkah cepat globalisasi dan perubahan teknologi telah menyebabkan reaksi balik di banyak negara terhadap prinsip ekonomi terbuka - yang mewujudkan, dalam beberapa kasus, dalam sentimen proteksionis yang meningkat.

Australia dan Indonesia adalah negara dagang, dan kami menyadari bahwa memasang penghalang untuk perdagangan meningkatkan biaya bagi setiap orang - mengancam pekerjaan, dan mencekik inovasi.

Dengan pemikiran ini, Australia berkomitmen untuk memperluas jaringan perjanjian perdagangan bebas modern dan berkualitas tinggi, termasuk dengan Indonesia.

Kesepakatan modern membuka peluang ekonomi baru - dengan memungkinkan perusahaan memasuki rantai pasokan regional, memberi investor kepercayaan yang mereka butuhkan, dan menurunkan biaya transaksi untuk semua pihak.

Kami bersyukur selama bertahun-tahun bahwa Indonesia berbagi tekad kami mengenai pentingnya keterbukaan perdagangan di wilayah kami dan sekitarnya.

Pada awal 2016, Indonesia dan Australia mengkonfirmasikan bahwa perundingan untuk Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) akan dimulai kembali.

Perjanjian perdagangan berkualitas tinggi antar negara kita akan membantu meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi dengan menghapus penghalang investasi, dan bisnis yang mengekspor barang dan jasa ke pasar masing-masing.

Sedikit hambatan terhadap perdagangan dan investasi ekspor berarti lebih banyak kesempatan untuk berkolaborasi dan lebih banyak kesempatan untuk sukses.

Australia berkomitmen untuk bekerja sama dengan Indonesia untuk mencapai kesepakatan berkualitas tinggi tahun ini.

Potensi sektor jasa

Sektor jasa seperti pendidikan adalah bagian besar dari cerita ini.

Sebagai calon profesional muda - anda akan memperoleh keuntungan maksimal dari peningkatan akses sektor jasa di Australia dan seluruh wilayah ini.

Dalam beberapa dekade mendatang, sektor jasa akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan di wilayah ini secara lebih luas, seperti yang terjadi di Australia.

Yang paling utama, sektor jasa inilah yang menyediakan sebagian besar pekerjaan.

Di Australia, misalnya, sektor jasa sudah mencakup sekitar 90 persen dari semua pekerjaan.

Pertumbuhan sektor jasa Indonesia saat ini sedang mengubah hubungan dagang kita.

Indonesia yang dulunya mengalami defisit perdagangan jasa dengan Australia pada tahun 2007, kini mengalami surplus $1,7 miliar pada tahun 2016.

Tren ini akan menciptakan berbagai peluang bagi kita untuk bekerja lebih dekat bersama.

Jasa, dan kecenderungan menuju integrasi ekonomi regional, akan membuka lebih banyak kesempatan bagi bisnis dari kedua negara kita untuk bekerja sama dalam rantai nilai global.

Kami juga melihat sinergi yang muncul antara Australia dan Indonesia di sektor kreatif.

Tadi malam saya menghadiri sebuah resepsi yang menarik dengan beberapa pengusaha muda yang melakukan hal itu.

Sebagai contoh, seorang pastry chef Indonesia yang belajar di institut kuliner Le Corden Bleu di Sydney dan bekerja sama dengan koki Australia yang terkenal seperti Adriano Zumbo sebelum kembali ke Jakarta untuk memulai restoran Nomz Kitchen dengan sesama koki terlatih Australia Arnold Purnomo.

Australia juga telah mendukung Jakarta Fashion Week, acara industri fashion perdana di Indonesia, selama empat tahun terakhir, yang menampilkan para perancang Australia dan perancang Indonesia, seperti Peggy Hartanto, yang telah mengasah keahliannya di sekolah desain terkemuka di Australia.

Contoh seperti diatas menunjukkan bahwa ketika orang Indonesia dan Australia yang cerdas bekerja sama, hal-hal besar terjadi.

Kesimpulan

Australia dan Indonesia adalah dua negara yang tidak hanya terkait dengan sejarah dan geografi, namun juga oleh pilihan.

Hari ini, kita telah membangun hubungan yang kuat dan matang yang terus berkembang.

Kita telah memilih untuk bekerja sama sebagai mitra - dan oleh karena kemitraan tersebut kita akan menghadapi tantangan, dan bangkit menuju peluang, dari abad ke-21.

Terima kasih.

SELESAI