Siaran Media
27 Agustus 2019
Semalam, sebuah kolaborasi musik lintas budaya yang menampilkan seniman Penduduk Asli Australia dari wilayah Kimberley, Australia Barat, ditampilkan di Kedutaan Besar Australia Jakarta.
Pertunjukan tersebut menampilkan tiga seniman Aborigin, Stephen Pigram, Mark Atkins, dan Mick Manolis, bersama dengan seniman Indonesia, Nyak Ina Raseuki (Ubiet), Shafur Bachtiar, dan Dimawan Krisnowo Adji. Bersama-sama mereka mempersembahkan pertunjukan musik yang unik dengan menggabungkan instrumen dan gaya musik barat, Indonesia, dan Aborigin.
Kimberley Indonesia Project, dipersembahkan oleh Tura New Music di Perth dan didanai oleh Australia-Indonesia Institute, bertujuan untuk membangun fondasi yang kuat bagi pertukaran budaya jangka panjang antara seniman Indonesia dan Australia Utara.
“Pemerintah Australia sangat senang dapat mendukung kolaborasi yang menarik antara musisi Indonesia dan Aborigin Australia ini,” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan.
"Musik sering kali menjadi sarana bagi beragam budaya untuk berusaha memahami satu sama lain."
“Itulah tujuan kolaborasi ini dan hal ini menjadikan pemahaman di antara komunitas kita lebih berwarna.”
Proyek ini dimulai pada November 2018 dengan residensi seniman Indonesia Nyak Ina Raseuki (Ubiet) di komunitas-komunitas seni di wilayah Kimberley termasuk kota Broome dan Warmun, tempat ia berkolaborasi dengan berbagai seniman Aborigin, termasuk Stephen Pigram dan Gabriel Nodea, dan merasakan secara langsung budaya tradisional Aborigin.
Proyek ini saat ini sedang dalam fase kedua dengan kunjungan seniman Aborigin ke Indonesia untuk kolaborasi intensif selama satu minggu bersama seniman-seniman Indonesia di Yogyakarta.
Pada fase ketiga proyek di bulan September 2020, semua seniman yang berpartisipasi akan berkumpul di kota Broome, Australia Barat, untuk kolaborasi lebih lanjut dan menampilkan karya yang mereka ciptakan melalui festival mini.
Foto kegiatan dapat diunduh di sini
Pertanyaan Media:
Lydia Trotter 021 2550 5566