Siaran Media
1 Mei 2024
Para pembuat kebijakan dari senior pemerintah, akademisi, dan pemimpin sektor swasta berdiskusi membahas transisi energi Indonesia dan Australia, serta peran sektor ketenagalistrikan dan industri dalam memenuhi target emisi, di Jakarta pada 30 April lalu.
Acara yang bertajuk 'Dekarbonisasi Industri Listrik dan Baja di Indonesia' ini membahas strategi untuk menarik investasi dan mendukung transisi yang adil dan terjangkau.
Pakar ekonomi lingkungan dan perubahan iklim Profesor Frank Jotzo, Kepala Bidang Energi di Institut Solusi Iklim, Energi dan Bencana di Australian National University, dan kontributor untuk laporan asesmen Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB, mengatakan, “Dekarbonisasi akan menjadi perubahan yang sangat penting bagi perekonomian kita saat ini dan dalam beberapa dekade ke depan."
“Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi, kuat dalam ekstraksi sumber daya dan pengekspor utama bahan bakar fosil. Kesempatannya adalah untuk membentuk perubahan dengan cara yang sesuai dengan prioritas lingkungan dan juga sesuai dengan kemakmuran."
"Kuncinya adalah kesepakatan dan koordinasi yang erat antara lembaga-lembaga pemerintah, serta kolaborasi dengan sektor swasta dan mitra internasional," ujar Alin Halimatussadiah, dosen Universitas Indonesia.
Tim Stapleton, Minister-Counsellor Kedutaan Besar Australia di Jakarta, mengatakan, "Indonesia dan Australia bersama-sama memahami bahwa kolaborasi dan aksi kolektif merupakan hal yang penting untuk membuat kemajuan dalam perubahan iklim. Kemitraan dan berbagi pengetahuan merupakan inti dari berkembangnya program Australia di sektor perubahan iklim dan energi dengan Indonesia dan seluruh kawasan,” tambahnya.
Acara ini didukung oleh PROSPERA (Kemitraan Australia Indonesia untuk Pembangunan Ekonomi) dan KINETIK (Kemitraan Iklim dan Infrastruktur Australia-Indonesia).
Pertanyaan Media: [email protected]